tag:blogger.com,1999:blog-1327275945124111572024-03-05T22:43:04.211-08:00BLOG ANDA TELAH SAYA HACKER!!!!! HACKER BY -CTR26BLOG ANDA TELAH SAYA HACKER!!!!! HACKER BY -CTR26Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.comBlogger29125tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-65004636348067072672011-07-25T06:33:00.000-07:002011-07-25T06:46:20.107-07:00SATYA WIYATAMA: PRINSIP PRINSIP DASAR PENDIDIKAN ABAD 21<a href="http://satyawiyatama.blogspot.com/2011/04/prinsip-prinsip-dasar-pendidikan-abad.html">SATYA WIYATAMA: PRINSIP PRINSIP DASAR PENDIDIKAN ABAD 21</a>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-34047986558881048832011-07-25T06:22:00.000-07:002011-07-25T06:24:10.118-07:00GURU INDONESIA YANG PROFESIONALApabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar profesional guru sebagaimana uraian di atas, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal: <br />(1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, <br />(2) Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, <br />(3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, <br />(4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya,<br /> (5) Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. <br /><br />Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai;<br /> (1) dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; <br />(2) penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; <br />(3) pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah. <br /><br />Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; <br />(1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; <br />(2) penguasaan ilmu yang kuat;<br /> (3) keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan <br />(4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. <br /><br />Dimensi lain dari pola pembinaan profesi guru adalah <br />(1) hubungan erat antara perguruan tinggi dengan pembinaan SLTA;<br /> (2) meningkatkan bentuk rekrutmen calon guru; <br />(3) program penataran yang dikaitkan dengan praktik lapangan; <br />(4) meningkatkan mutu pendidikan calon pendidik; <br />(5) pelaksanaan supervisi; <br />(6) peningkatan mutu manajemen pendidikan berdasarkan Total Quality Management (TQM); <br />(7) melibatkan peran serta masyarakat berdasarkan konsep linc and match; <br />(8) pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan penunjang; <br />(9) pengakuan masyarakat terhadap profesi guru; <br />(10) perlunya pengukuhan program Akta Mengajar melalui peraturan perundangan; dan<br />(11) kompetisi profesional yang positif dengan pemberian kesejahteraan yang layak. <br /><br />Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment.Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-90762438857158373192011-07-25T06:17:00.000-07:002011-07-25T06:19:12.132-07:00PENDIDIKAN ABAD 21Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. Pendidikan mempunyai peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai megaskills yang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam berbagai jenis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai aspeknya. <br /><br />Menurut Makagiansar (1996) memasuki abad 21 pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: <br />(1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, <br />(2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistic,<br />(3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, <br />(4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, <br />(5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, <br />(6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, <br />(7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. <br />Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-69782382108585851492011-07-25T06:03:00.001-07:002011-07-25T06:03:45.877-07:00CONTOH KEGIATAN EKSPLORASI, ELABORASI DAN KONFIRMASI GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN1. EKSPLORASI<br />(sesuaikan dengan masing-masing mata pelajaran)<br />Siswa<br />- Membentuk kelompok kecil dan bersama teman sekelompoknya menelusuri informasi yang mereka butuhkan dan merumuskan masalah<br />- menggali informasi dengan membaca, berdikusi, atau percobaan<br />- mengamati objek di lapangan dan labolatorium.<br />- mengumpulkan dan mengolah data<br />- mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram<br />- Mendengarkan dialog tentang ungkapan melalui ucapan guru atau media electronik seperti CD, Podcast, atau MP3 .<br />- Mengidentifikasi kosakata sulit yang terkait dengan ungkapan meminta dan memberi barang dan jasa. Contoh: tentang pemakaian noun, verb, personal pronoun, gambits dan adverbs.<br />- Menemukan jenis kalimat yang dipakai dalam ungkapan meminta dan memberi barang dan jasa ( Imperative dan request sentence<br />- Mencari pengetian tentang sesuatu<br />- Mencari rumus sendiri tentang perhitungan sesuatu<br /><br />Guru<br />- menggunakan berbagai pendekatan dan media<br />- memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar<br />- melibatkan peserta didik secara aktif<br />- Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber<br />- Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain<br />- Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya<br />- Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran<br />- Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan<br /><br />2. ELABORASI<br />Kegiatan guru dan siswa dalam siklus elaborasi adalah<br />Siswa<br />- melaporkan hasil eksplorasi secara lisan atau tertulis, baik secara individu maupun kelompok<br />- menanggapi laporan atau pendapat teman<br />- mengajukan argumentasi dengan santun<br />- mendiskusikan dan mengadakan Tanya jawab<br />- menganalisis kekuatan atau kelemahan argument<br />- menyimpulkan bersama, dan menyusun laporan atau tulisan,<br />- mempresentasikan hasil temuannya untuk dibahas<br />- Peserta didik mengerjakan 3 soal yang diberikan guru.<br /><br />Guru<br />- memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis, menganalisis, meemcahkan masalah, bertindak tanpa rasa takut<br />- Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis<br />- memfasilitasi peserta didik untuk berkompetisi secara sehat dan jujur<br />- Guru melihat pekerjaan siswa dan memberikan bimbingan bagi yang mengalami kesulitan.<br />- Guru membahas soal yang dianggap sulit<br />- Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok<br />- Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan<br />- Membahas ungkapan yang telah ditemukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.<br />- Merespon kalimat-kalimat yang diucapkan dengan menirukan kembali.<br />- Menjawab pertanyaan tentang isi ungkapan tentang sesuatu hal melalui ungkapan yang diucapkan guru atau melalui media.<br />- Mengarahkan proses diskusi siswa agar perdebatan mengarah pada materi pembelajaran<br />3. KONFIRMASI<br />Siswa<br />- melakukan refleksi terhadap pengalaman belajarnya<br />- mengkonfirmasikan terhadap unsur-unsur yang dapat meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu informasi<br />- melakukan uji kesahihan apakah informasi yang dijadikan landasan kesimpulan itu benar-benar kuat<br />- mengadakan Tanya jawab dengan guru untuk menghilangkan keraguan tentang suatu konsep<br />- menuliskan rangkuman materi tentang suatu hal<br />- menggunakan teori/ konsep yang telah diterima untuk diterapkan pada kehidupan nyata<br />Guru<br />- memberi umpan balik positif kepada peserta didik dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik<br />- memberi konfirmasi melalui berbagai sumber terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi<br />- berperan sebagai narasumber dan fasilitator untuk menjelaskan pertanyaan dari siswa<br />- memberi acuan agar peserta didik melakukan pengecekan hasil ekplorasi<br />- Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap<br /><br />Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2091308-contoh-kegiatan-inti-eksplorasi-elaborasi/#ixzz1T7bMCkuMAndi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-48457400098996539832011-06-06T21:58:00.001-07:002011-06-06T22:01:54.448-07:00RUSIA NEGERI MUSLIM PADA TAHUN 2050<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtgQr3w7sGh7Q_kx0YB_Eh_Oj2I4GoAzPagC3sRezzawI7nHDW3WZ8FFCPmZzBYEgj-mVlZOMuZgcyxlqyi75o_vxJwLxP32uyUEGAYZN8cux6U-dkv50OMY96S2AtmbbJ8pBPtchNmK0C/s1600/Desert.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtgQr3w7sGh7Q_kx0YB_Eh_Oj2I4GoAzPagC3sRezzawI7nHDW3WZ8FFCPmZzBYEgj-mVlZOMuZgcyxlqyi75o_vxJwLxP32uyUEGAYZN8cux6U-dkv50OMY96S2AtmbbJ8pBPtchNmK0C/s400/Desert.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5615338186055794306" /></a><br />Tahun 2050 Rusia Menjadi Negeri Muslim<br /><br />Posted: 06 Jun 2011 01:20 AM PDT<br />DediNewsOnline.COM - Bayangkan Rusia pada tahun 2050! Menurut Paul Goble, seorang spesialis yang secara khusus melakukan kajian terhadap minoritas etnis di Federasi Rusia, nampaknya ia memperkirakan dalam beberapa dekade mendatang, Rusia akan menjadi sebuah negara mayoritas Muslim. Sekarang jumlah Muslim di seluruh Rusia mencapai 16 juta jiwa.<br /><br />Disisi lain, ada berita buruk dengan penurunan yang cepat jumlah populasi negeri Beruang Merah ini. Melihat kecenderungan populasi penduduk Rusia yang terus cenderung menurun itu telah menjadi "pusing" bagi para politisi Rusia dan para pembuat kebijakan.<br /><br />Presiden Vladimir Putin telah menyerukan kepada perempuan Rusia untuk memiliki anak lagi. Karena ahli demografi memprediksi bahwa populasi Rusia akan turun secara drastis dari 143 juta jiwa menjadi 100 juta jiwa pada tahun 2050.<br /> <br />Perkembangan dan situasi ini mengejutkan bagi para pemimpin Rusia dan Barat, karena bersamaan menurunnya populasi penduduk Rusia, para analis memperkirakan jumlah umat Islam akan menjadi kelompok mayoritas di Russia. Hanya kurang dari lima dekade Rusia akan menjadi negeri Muslim, yang mayoritas peduduknya beragama Islam.<br /><br />Laju pertumbuhan populasi Muslim sejak tahun 1989, dieprkirakan mencapai antara 40 dan 50 persen, dan ini kecenderungan semua kelompok etnis. Saat ini Rusia memiliki sekitar 8.000 masjid sementara 15 tahun yang lalu, hanya terdapat 300 masjid di seluruh Rusia.<br /> <br />Menurut data statistik, pada akhir 2015, jumlah masjid di Rusia akan meningkat drastis menjadi 25.000 masjid di seluruh Rusia. Statistik ini menakutkan banyak etnis Rusia lainnya, yang sangat phobi dengan Islam, yang selalu mengaitkan Islam dengan perang dan terorisme. Seperti, sering terjadinya konflik bersenjata antara aparat keamanan Rusia dengan kelompok Chechnya, dan wilayah Kaukasus yang mayoritas Muslim. Namun, kekawatiran itu meluai menyurut, bersamaan dengan perubahan-perubahan yang ada, khususnya dikalangan penduduk Muslim dan para pemimpinnya yang semakin akomdatif.<br /><br />Menghadapi penurunan populasi atau jumlah penduduk etnis Rusia itu, yang terus menurun, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin telah menawarkan insentif kepada wanita yang akan memiliki anak lagi.<br /> <br />Dia mengatakan bahwa pemerintah akan menawarkan 1.500 rubel untuk anak pertama, dan 3.000 rubel untuk anak kedua. Dia lebih lanjut mengatakan bahwa pemerintah akan menawarkan insentif keuangan bagi pasangan yang akan mengadopsi anak yatim Rusia. Tapi, tanggapan terhadap seruan Vladimir Putin hampir nol. Alasan utama di balik penurunan cepat dalam populasi non-Muslim di Rusia, terutama sebagian besar perempuan muda di negara ini tidak tertarik dan mendukung memiliki anak lagi.<br /><br />Jika seseorang terbatas hanya memilik anak satu-satunya, dan kemudian generasi berikutnya sama sekali tidak ingin memiliki anak, maka pertumbuhan penduduk Rusia menjadi nol. Di sisi lain, hampir semua pasangan muslim sedikitnya memiliki tiga anak. Jumlah keluarga muslim umumnya mereka mempunyai anak antara 3-5 orang anak.<br /> <br />Berbicara dengan Blitz, seorang pemimpin Moscow, daerah yang paling padat penduduknya, mengatakan jika pertumbuhan penduduk Muslim terus meningkat, dan dengan penurunan yang serius pada populasi komunitas agama lain, Rusia pada akhirnya akan menjadi sebuah negara Muslim pada dua dekade mendatang.<br /><br />Dia menyarankan propaganda besar-besaran demi memiliki anak lagi di Rusia dengan menggunakan media massa serta peningkatan jumlah insentif. Ia juga menunjuk fakta bahwa, dalam banyak kasus, insentif tersebut jatuh lagi ke ibu muslim, yang umumnya memiliki lebih dari satu anak.<br /> <br />Ini bukan masalah tentang insentif, yang lebih penting realisasinya bagi penduduk seluruh Rusia yang non-Muslim. Mereka harus memahami bahwa dengan jumlah anak Muslim yang banyak, mereka secara bertahap ikut mendorong nasib negara Rusia menuju federasi Islam.<br /><br />Mengomentari masalah ini, mantan seorang diplomat mengatakan, setelah jatuhnya Uni Soviet, sayangnya, seluruh bangsa Rusia telah kehilangan semangat nasionalisme mereka, karena kemiskinan dan kondisi yang sangat malang yang mereka hadapi, baik di bidang ekonomi, politik, dan sosial.<br /> <br />Sekarang mereka takut memiliki lebih dari satu anak dalam keluarga, karena akibat biaya hidup yang sangat mahal. Sementara dalam banyak kasus, keluarga perempuan Rusia dipaksa untuk bekerja di berbagai sektor bidang untuk mendapatkan uang ekstra bagi k keluarga mereka.<br /><br />Ia mengatakan, tidak hanya jumlah populasi Muslim di Rusia,yang mengalami pertumbuhan cepat, karena memang perempuan Muslim memiliki lebih satu anak, tapi dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar LSM Islam aktif bekerja di dalam negeri Rusia, yang memainkan peran penting, terutama bagi penduduk Rusia yang putus asa, dan sebagian besar mereka memilih jalan hidup yang baru, dan mereka bertobat kemudian masuk Islam. Mereka umumnya meninggalkan agama sebelumnya yang mereka anut. Dia lebih lanjut mengatakan, terutama kelompok atheis secara bertahap semakin cenderung ke arah Islam, karena propaganda luas dan kegiatan LSM Islam.<br /><br />Mereka yang berpendidikan sarjana terlibat aktif dalam memberikan khotbah di masjid-masjid dan tempat-tempat umum lainnya secara teratur, yang mempunyai dampak luar biasa pada pikiran orang-orang Rusia, terutama generasi mudanya. Para ulama Islam dengan jas dan wajah dicukur bersih, mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda serta lancar, yang merupakan titik yang sangat kuat bagi mereka untuk menarik perhatian orang Rusia yang berpendidikan, yang berada dalam kesulitan ekonomi dan sosial yang serius.<br />Dia mengatakan, kegiatan LSM Islam mempunyai pengaruh yang luas, dibandingkan hampir tidak ada atau sangat sedikit kegiatan misionaris dari agama agama lain di Rusia. Meskipun ulama Islam dan mereka memiliki misi yang sering disebut "tersembunyi" , tetapi dari wajah mereka, saat menyampaikan khotbah, sangat sulit untuk mengidentifikasi apa pun yang negatif terhadap kegiatan mereka.<br /> <br />Mereka awalnya menyebarkan pesan perdamaian, tetapi mereka juga menyampaikan nilai-nilai agama dan jihad. LSM-LSM Islam secara bertahap menggunakan media Rusia, melalui investasi negara-negara Barat, yang sebenarnya menggunakan dana dari negara-negara Arab. Mereka juga ikut terlibat dalam aktivitas politik, seperti pemilihan, dan memberikan suara dan kekuatan untuk para calon pemimpin Muslim, tentu dengan tujuan nantinya akan memiliki akses kekuasaan di Kremlin.<br /><br />Membandingkan Muslim Rusia dengan Muslim di negara-negara lain, katanya, mereka memiliki komitmen yang lebih kuat, dan keyakinan mereka yang mendalam berakar dalam pikiran mereka yang bernar-benar dari ajaran Islam. Mereka secara terbuka menyatakan bahwa, alasan utama di balik menerima Islam adalah menyelamatkan hari depan mereka. Mereka menghadapi situasi yang sulit berkaitan dengan konflik yang masih terjadi di wilayah Chechnya dan Kaukasus. Tetapi, mereka tetap optimis terhadap kehidupan mereka.<br /> <br />Seorang wartawan senior kantor berita Rusia Interfax, Blitz mengatakan, berdasarkan dari sumber Afro-Arab, sejumlah negara Arab melakukan investasi jutaan dolar kepada sejumlah LSM Islam di Rusia. Dalam waktu dekat, cukup banyak kursi penting di parlemen Rusia juga akan jatuh ke tangan para pemimpin Muslim.<br /><br />Dia mengatakan, di klub pers Rusia, sejumlah wartawan Muslim terus meningkat. Dia mengatakan, jutaan dolar yang dihabiskan untuk membangun masjid dan lembaga-lembaga Islam di berbagai belahan Moskow dan bagian lain di Rusia.<br /><br />LSM Islam bahkan membangun panti asuhan, tempat anak-anak dari berbagai agama yang diadopsi, dan mereka mendapatkan pendidikan Islam, dan menjadi Muslim yang taat. Masa depan Islam di Rusia sangat menggemberikan. (eramuslim)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-41874594186895852532011-04-30T03:32:00.001-07:002011-04-30T03:40:03.631-07:00Hari Pendidikan Nasional, Nasionalisme dan KemerdekaanHARI Pendidikan Nasional (Hardiknas), yang diperingati , bertepatan dengan 2 Mei , akan disambut dengan penuh suka cita, terkhusus bagi mereka yang bergelut di dunia pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Mengapa? Dunia pendidikan adalah awal dari semua kebangkitan. Kebangkitan mampu dikokohkan hanya dengan pendidikan. Dalam sejarah panjang perjalanan kehidupan, telah diuraikan dalam filsafat, betapa pendidikan harus ditegakkan oleh para filsuf raja bila suatu negara yang dipimpimpinnya ingin ditumbuhkan dan disejahterakan sisi-sisi kehidupan warganya.<br />Bagi bangsa Indonesia, Hardiknas memang tidak terlepas dari peringatan hari lahirnya bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, yang jangankan orang dewasa, anak Sekolah Dasar pun pasti tahu dan paham. Selama ini, kesan seremoni dalam peringatan Hardiknas memang sangat menonjol. Mulai dari kumpul di sebuah lapangan, rela berpanas-panasan, nyanyi-nyanyi, dengarkan pidato, selanjutnaya bubar. Tidak jelas, apa hakikat makna di balik peringatan Hardiknas tersebut.<br />Hardiknas memang identik dengan sosok Ki Hajar Dewantara atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang sangat berjasa dalam memperjuangkan dunia pendidikan Indonesa sejak masa kolonial Belanda. Begitu pentingnya sosok yang satu ini, hampir setiap ada ujian sejarah, dipastikan ada pertanyaan tentang sosok Ki Hajar. Bahkan namanya diabadikan sebagai salah satu sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara, serta semboyannya yang paling terkenal yaitu "tut wuri handayani" yang selalu tertempel di topi, dasi, dan tidak jarang juga di dada setiap siswa siswi Indonesia dari SD sampai SMU<br />Hardiknas tahun ini jangan dinodai dengan perbuatan yang tidak terpuji. Di pundak gurulah mestinya terpatri keteladanan, tidak terkecuali para guru, dan teristimewa diri pribadi Kepala Sekolah Dasar Negeri Donggala Kodi. Hanya dengan kejujuran dan keterbukaan, menjadi kunci satu-satunya menghindari dugaan, kecurigaan, dan juga tuduhan dari para guru lainnya. Mestinya, dalam penggunaan dana BOS jangan dilakukan secara bisik-bisik antara Kepala Sekolah dengan guru yang dianggap sama cara berpikirnya saja. Ajak semua, agar jangan ada di antara mereka yang menjadi stimulan dalam membuat gerakan yang pada akhirnya menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Dan, ini jelas menjadi noda dan nokta menyongsong datangnya Hardiknas yang akan diperingati pada 2 Mei 2009 kemarin, sekaligus pengingkaran atas julukan Guru sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.**<br /><br /><br /><br />Di dunia pendidikan nama KI HAJAR DEWANTARA memang tidak asing lagi di telinga kita untuk mengingat jasa-jasanya marilah kit baca sejenak sejarah bapak pendidikan di bawah ini<br /><br />ing ngarso sung tulodo — di depan memberi teladan<br />ing madyo mangun karso — di tengah membangun karya<br />tut wuri handayani — di belakang memberi dorongan<br />Itulah tiga kalimat dari ajaran seorang ningrat Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang kemudian mengganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Pelopor Perguruan Taman Siswa ini kemudian diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional dan hari lahirnya 2 Mei (1889) diabadikan menjadi Hari Pendidikan Nasional oleh pemerintah pada tahun 1959.<br />Tidak hanya dalam bidang pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara pun sebelumnya aktif dalam masa pergerakan nasional di dalam organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908 dan Indische Partij pada tahun 1912. Sebuah momen yang kita kenal menjadi Kebangkitan Nasional, dirayakan setiap 20 Mei. Bahkan pada tahun 1913 beliau secara politik aktif dalam menentang Perayaan Seratus Tahun Belanda dari Prancis melalui Komite Bumiputra. Ditentangnya perayaan tersebut adalah karena pihak Belanda memeras rakyat untuk kepentingan perayaan tersebut. Salah satu ucapannya yang ditulis dalam koran Douwes Dekker de Express adalah bertajuk Als Ik Eens Nederlander Was –Seandainya Aku Seorang Belanda–<br />Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.<br />Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun.<br />Akibat tulisan tersebut beliau dibuang tanpa proses pengadilan ke Pulau Bangka oleh Gubernur Jendral Idenburg, namun atas tulisan Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo hukuman tersebut berganti menjadi dibuang ke negeri Belanda.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Membaca Ulang Fatwa Ki. Hadjar Dewantara<br />Menelusuri sisi kehidupan Ki. Hadjar Dewantara atau kalau public mengenal dengan Bapak Pendidikan Nasional yang hari kelahirannya 2 Mei di jadikan hari pendidikan nasional NKRI, dibalik semua penapsiran tentang isi dan ujar-ujar Ki. Hadjar Dewantara, sesungguhnya masih banyak inti ajaran yang membutuhkan penafsiran ulang terhadap intisari ajaran dan fatwa-fatwa beliau. Salah satu yang menjadi sorotan adalah sepuluh fatwa Ki. Hadjar Dewantara untuk hidup merdeka atau dalam bahasa KHD “fatwa akan sendi hidup merdeka”. Saya mengajak kita merenung dalam simpuh refleksi di hari pendidikan ini, tidak hanya melakukan seremonial upacara atau hanya mengagung-agungkan nama Ki. Hadjar Dewantara karena beliau tidak inginkan itu. Membaca ulang fatwa-fatwanya diharapkan kita akan pahami alur fikir dan kedalaman jiwa merdekanya. Mari kita telusuri:<br />Pertama, “Lawan Sastra Ngesti Mulya” yang berarti dengan ilmu kita menuju kemuliaan. Inilah yang dicita-citakan KHD dengan Tamansiswanya, untuk kemuliaan nusa, bangsa dan rakyatnya. Sastra Herdjendrajuningrat Pangruwating Dyu (ilmu yang luhur akan mulia menyelamatkan dunia serta melenyapkan kebiadaban), fatwa inilah yang menjadi Tjandrasengkala lahirnya Tamansiswa (1852-1922) sebagai masyarakat tanpa kelas.<br />Kedua, “Suci Tata Ngesti Tunggal” dalam arti dengan suci batinnya, tertib lahirnya menuju kesempurnaan, sebagai janji yang harus diamalkan oleh tiap-tiap peserta perjuangan Tamansiswa dan bangsa Indonesia. Fatwa ini sebagai Tjandrasengkala mencatat lahirnya persatuan Tamansiswa (Tahun 1853-1923).<br />Ketiga, “Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia” berdasarkan asas Tamansiswa yang menjadi syarat hidup merdeka berdasarkan pada ajaran agama bahwa untuk Tuhan semua manusia itu pada dasarnya sama; sama haknya maupun kewajibannya. Sama haknya mengatur hidupnya serta sama haknya menjalankan kewajiban kemanusiaan, untuk mengejar keselamatan hidup lahir dan batinnya. Janganlah kita mengejar keselamatan lahir dan jangan pula hanya mengejar kebahagiaan batin hidup.<br />Keempat, “Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat” sebagai sebuah peringatan, bahwa kemerdekaan diri kita dibatasi oleh kepentingan keselamatan masyarakat. Batas kemerdekaan diri kita ialah hak-hak orang lain yang juga seperti kita masing-masing yang sama mengejar kebahagiaan hidup. Segala kepentingan bersama harus diletakan diatas kepentingan diri masing-masing sebagai jalan keselamatan bersama.<br />Kelima, “Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna” sebagai pengakuan bahwa kodrat alam yaitu segala kekuatan dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup kita itu adalah sifat lahirnya kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang berjalan tertib dan sempurna diatas kekuasaan manusia. Janganlah hidup kita bertentangan dengan kodrat alam. Petunjuk dalam kodrat alam kita jadikan pedoman hidup, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa dan anggota dari alam kemanusiaan.<br />Keenam, “Alam hidup manusia adalah alam berbulatan” artinya bahwa hidup kita masing-masing itu ada dalam lingkungan berbagai alam-alam khusus, yang saling berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus yang terdiri dari alam diri, alam kebangsaan, alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa bangsa dan rasa kemanusiaan ketiga-tiganya hidup dalam tiap-tiap sanubari kita masing-masing manusia. Adanya perasan ini tidak dapat dipungkiri.<br />Ketujuh, “Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah kepada sang anak” mengandung arti penghambaan kepada sang anak tidak lain dari pada penghambaan kita sendiri. Sungguhpun pengorbanan itu kita tujukan kepada sang anak, tetapi yang memerintah kita dan memberi titah untuk berhamba dan berkorban itu bukan si anak, tetapi kita sendiri. Disamping itu kita menghambakan diri kepada bangsa, negara dan pada rakyat dan agama atau lainnya. Semua itu tidak lain penghambaan pada diri sendiri, untuk mencari rasa bahagia dan damai dalam jiwa kita sendiri.<br />Kedelapan, “Tetep-Mantep-Antep” artinya dalam melaksanakan tugas perjuangan kita, kita harus berketetapan hati. Tekun bekerja tidak menoleh kekanan dan kekiri. Kita harus tetap tertib dan berjalan maju. Kita harus selalu “mantep” setia dan taat pada asas kita, teguh iman hingga tak ada kekuatan yang akan dapat menahan gerak kita dan membelokan aliran kita. Sesudah kita tetap dalam gerak lahir dan mantep dan tabah batin kita, segala perbutan kita akan “antep”, berat berisi (bernas) dan berharga. Tidak mudah dihambat, ditahan-tahan dan dilawan oleh orang lian.<br />Kesembilan, “Ngandel-Kendel-Bandel-Kandel” dalam arti kita harus ‘ngandel’ percaya dan yakin kepada kekuasaan Tuhan dan percaya kepada diri sendiri. ‘kendel’ berani, tiada ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya keada Tuhan dan kepada diri sendiri. ‘bandel’ yang berarti tahan dan tawakal. Dengan demikian maka kita jadi ‘kandel’ tebal, kuat lahir bati kit, berjuang untuk cita-cita kita.<br />Kesepuluh, “Neng-Ning-Nung-Nang” artinya dengan ‘meneng’ tentram lahir batin, tidak ragu dan malu-malu, tahap selanjutnya kita ‘ning’ wening, bening jernih, pikiran kita, mudah membedakan yang hak dan yang batil (benar-salah) maka kita jadi ‘nung’ hanung, kuat sentosa, kokoh lahir dan batin untuk mencapai cita-cita. Akhirnya ‘nang’ menang, dan dapat wewenang, berhak dan kuasa atas usaha kita.<br />Kesepuluh fatwa hidup KHD itulah yang seharusnya diketahui dan diamalkan khusunya bagi wong Tamansiswa dan masyarakat Indonesia yang berharap NKRI tetap berkibar. Ki. Hadjar Dewantara dan Tamansiswanya hingga kini tetap menyerukan dan mengawal agar bangsa dan negara ini tidak terjerumus pada syariat-syariatan dari agama apapun, toh ketika syariat demokrasi diterapkan di negeri inipun sebagai warga bangsa kita harus tetap belajar dan membaca ulang apa sesungguhnya yang dipetik dari sebuah demokrasi ini. Realitasnya kini anak-anak bangsa hasil didikan pendidikan yang kian liberal dan bebas bablas melahirkan Rasisme seperti ditunjukan oleh kelompok-kelompok/front-front atau golongan-golongan cengeng di beberapa daerah dan berdampak pada sikap a moral, anarkisme, radikalisme yang dilakukan sebahagian anak-anak bangsa ini. Pendidikan yang ditanam KHD sesungguhnya menekankan pada sisi humanis, sisi sosial kemanusiaan dalam bahasa KHD bahwa pendidikan berarti daya-upaya untuk memajukan, bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran dan tubuh anak, sehingga terbentuknya kesempurnaan hidup yang selaras dan serasi dengan dunianya. Terakhir saya teringat pada salah satu kata Ir. Soekarno yang mengatakan “Bersatulah hai rakyat Indonesia, sebagaimana selalu dianjurkan oleh Ki. Hadjar Dewantara” dan tulisan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Monumen Jogja Kota Pendidikan yang berbunyi “Seperti Kuntum Padma di Tamansari ‘engkau kembang dan menyala di kalbu pertiwi’, cipta, rasa, karsa ……juga keluhuran budi menggema diseluruh persada nusantara”. Ki. Hadjar selalu berpesan bersatulah anak-anak bangsa untuk hidup merdeka dan belajarlah pada masa lalu dalam menjaga keutuhan NKRI.<br /><br /><br />Sepulang dari pengasingan di Belanda –yang beliau gunakan juga untuk memperdalam ilmu– ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa –Perguruan Nasional Tamansiswa– pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.<br />Dari sinilah lahir konsep pendidikan nasional, hingga Indonesia merdeka Ki Hadjar Dewantara pun menjadi Menteri Pendidikan dan meninggal pada 28 April 1959 di Yogyakarta.<br />Itulah sejarah tentang bapak pendidikan Indonesia semoga nama dan jasa-jasanya dikenang hingga akhir jamanAndi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-77315069911770421712011-03-24T20:54:00.001-07:002011-03-24T21:17:44.274-07:00PENDIDIKAN KARAKTER<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiptQS46wI5ucQnxQ5YtEFMBfx-NweuQGVWU8YPbzsD9zSKv9mwdUYBgxUB00Z7Fk7z3_g48JmyB8V_jAHNDLUNepqhgpK2BdiPv9XwlgQOzENpq9sX6q83z8ntgCpz295pwEKty2nrZVIX/s1600/IMG_0466.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiptQS46wI5ucQnxQ5YtEFMBfx-NweuQGVWU8YPbzsD9zSKv9mwdUYBgxUB00Z7Fk7z3_g48JmyB8V_jAHNDLUNepqhgpK2BdiPv9XwlgQOzENpq9sX6q83z8ntgCpz295pwEKty2nrZVIX/s400/IMG_0466.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5587863979246896690" /></a><br /> <br /><br />Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan.<br /><br />Lebih dari itu, pedagogi puerocentris lewat perayaan atas spontanitas anak-anak (Edouard Claparède, Ovide Decroly, Maria Montessori) yang mewarnai Eropa dan Amerika Serikat awal abad ke-19 kian dianggap tak mencukupi lagi bagi formasi intelektual dan kultural seorang pribadi.<br /><br />Polemik anti-positivis dan anti-naturalis di Eropa awal abad ke-19 merupakan gerakan pembebasan dari determinisme natural menuju dimensi spiritual, bergerak dari formasi personal dengan pendekatan psiko-sosial menuju cita-cita humanisme yang lebih integral. Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivisme ala Comte.<br /><br />Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.<br /><br /> <br /><br />Empat karakter<br /><br />Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.<br /><br />Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.<br /><br />Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.<br /><br />Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.<br /><br />Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.<br /><br /> <br /><br />Pengalaman Indonesia<br /><br />Di tengah kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan, inkoherensi politisi atas retorika politik, dan perilaku keseharian, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-religius menjadi relevan untuk diterapkan.<br /><br />Pendidikan karakter ala Foerster yang berkembang pada awal abad ke-19 merupakan perjalanan panjang pemikiran umat manusia untuk mendudukkan kembali idealisme kemanusiaan yang lama hilang ditelan arus positivisme. Karena itu, pendidikan karakter tetap mengandaikan pedagogi yang kental dengan rigorisme ilmiah dan sarat muatan puerocentrisme yang menghargai aktivitas manusia.<br /><br />Tradisi pendidikan di Indonesia tampaknya belum matang untuk memeluk pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan bermasyarakat. Pedagogi aktif Deweyan baru muncul lewat pengalaman sekolah Mangunan tahun 1990-an.<br /><br />Kebiasaan berpikir kritis melalui pendasaran logika yang kuat dalam setiap argumentasi juga belum menjadi habitus. Guru hanya mengajarkan apa yang harus dihapalkan. Mereka membuat anak didik menjadi beo yang dalam setiap ujian cuma mengulang apa yang dikatakan guru.<br /><br /> <br /><br />Loncatan sejarah<br /><br />Apakah mungkin sebuah loncatan sejarah dapat terjadi dalam tradisi pendidikan kita? Mungkinkah pendidikan karakter diterapkan di Indonesia tanpa melewati tahap-tahap positivisme dan naturalisme lebih dahulu?<br /><br />Pendidikan karakter yang digagas Foerster tidak menghapus pentingnya peran metodologi eksperimental maupun relevansi pedagogi naturalis Rousseauian yang merayakan spontanitas dalam pendidikan anak-anak. Yang ingin ditebas arus ”idealisme” pendidikan adalah determinisme dan naturalisme yang mendasari paham mereka tentang manusia.<br /><br />Bertentangan dengan determinisme, melalui pendidikan karakter manusia mempercayakan dirinya pada dunia nilai (bildung). Sebab, nilai merupakan kekuatan penggerak perubahan sejarah. Kemampuan membentuk diri dan mengaktualisasikan nilai-nilai etis merupakan ciri hakiki manusia. Karena itu, mereka mampu menjadi agen perubahan sejarah.<br /><br />Jika nilai merupakan motor penggerak sejarah, aktualisasi atasnya akan merupakan sebuah pergulatan dinamis terus-menerus. Manusia, apa pun kultur yang melingkupinya, tetap agen bagi perjalanan sejarahnya sendiri. Karena itu, loncatan sejarah masih bisa terjadi di negeri kita. Pendidikan karakter masih memiliki tempat bagi optimisme idealis pendidikan di negeri kita, terlebih karena bangsa kita kaya akan tradisi religius dan budaya.<br /><br />Manusia yang memiliki religiusitas kuat akan semakin termotivasi untuk menjadi agen perubahan dalam masyarakat, bertanggung jawab atas penghargaan hidup orang lain dan mampu berbagi nilai-nilai kerohanian bersama yang mengatasi keterbatasan eksistensi natural manusia yang mudah tercabik oleh berbagai macam konflik yang tak jarang malah mengatasnamakan religiusitas itu sendiri.<br /><br />Doni Koesoema, A, Mahasiswa Jurusan Pedagogi Sekolah dan Pengembangan Profesional Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Kepausan Salesian, Roma<br />Sumber: Kompas Cyber MediaAndi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-36648708651423038942011-03-22T23:18:00.001-07:002011-03-22T23:40:03.500-07:00MEMBANGUN SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS KEBUDAYAAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUMX3igCgNSoInRzEu8WHDU7NbV4y3-ptZx2nA1wiOG29Y5oBDU5VLCJawt3y2NLHAOodEgcXTXplXdMeUk5AnyuuthpMDhDx7lsQAiTdm4kqb7bTAgxSFuNKGeZDChua0oAQxpQJCCL68/s1600/IMG_0462.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 300px; height: 400px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUMX3igCgNSoInRzEu8WHDU7NbV4y3-ptZx2nA1wiOG29Y5oBDU5VLCJawt3y2NLHAOodEgcXTXplXdMeUk5AnyuuthpMDhDx7lsQAiTdm4kqb7bTAgxSFuNKGeZDChua0oAQxpQJCCL68/s400/IMG_0462.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5587160906324770738" /></a><br /><br />Persoalan pendidikan tetap akan menarik untuk diperbincangkan dan akan menjadi sorotan publik yang selalu aktual. Apalagi, sistem pendidikan kita yang acapkali mengalami perubahan setiap tahun, walau pada kenyataannya masih saja menampakkan bahwa pendidikan kita jauh dari cita-cita yang kita inginkan. Ditambah lagi, dalam perjalanannya, pendidikan kita terseok-seok seperti negeri yang baru merdeka. Bahkan yang lebih memprihatinkan, hasil kajian-kajian menunjukan bahwa kwalitas pendidikan masyarakat, terutama di kepulauan Madura, amat jauh berada dilevel bawah dibandingkan dengan daerah-daerah lain.<br /><br />Melemahnya kwalitas pendidikan masyarakat Madura disini tidak terlepas dari pengaruh sistem pendidikan nasional yang selama ini kita kembangkan, di mana, sistem pendidikan nasioal jauh dari akar budaya dan jauh lingkungan anak didik. Pada gilirannya, anak didik sebagai generasi yang diharapkan menjadi suri tauladan didaerahnya, terasing dari lingkungan masyarakatnya sendiri. Pendidikan yang tidak berlandaskan kebudayaan akan menghasilkan generasi yang tercerabut dari kehidupan masyarakatnya sendiri. Anak didik pandai di negeri orang, tetapi bodoh di negeri sendiri.<br /><br />Realitas tersebut merupakan implikasi dari perubahan sistem pendidikan kita yang hanya mengandalkan pada silabus yang mengarah pada satu sistem pendidikan dan tidak berlandaskan pada kebudayaan, dan hal itu akan menghasilkan anak didik yang mikanik seperti mesin serta manusia-manusia yang orentasi pemikirannya pada kerja, bukan pengetahuan. Dengan kata lain, sistem pendidikan kita memberi kesan bahwa kesuksesan sebuah proses pendidikan hanya terletak pada satu instrumen teknis-operasional yakni kurikulum. Lembaga pendidikan yang tidak mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pusat (mendiknas) maka proses pendidikan yang dijalankan akan mengalami kegagalan. Sehingga masyarakat Madura yang beragam dan agamis serta lebih mengedepankan nilai-nilai kebudayaan disulap menjadi masyarakat yang lupa pada akar budayanya. Tak jarang orang Madura yang tidak tahu bahasa Madura. Tidak sedikit putra-putri Madura yang tidak mengerti kebudayaan Madura. Bahkan ada yang merasa asing dengan tanah kelahirannya sendiri.<br /><br />Selain sistem pendidikan tersebut menghasilkan anak didik yang melupakan kebudayaannya sendiri, yang lebih parah, justru anak didik cendrung bersikap individualis. Nilai-nilai budaya yang mengandung semangat kebersamaan sesuai dengan substansi pendidikan untuk mencerdaskan bangsa secara menyeluruh berubah haluan menjadi manusia yang berorentasi kerja. Bersekolah dan berkuliah hanya untuk mendapatkan pekerjaan, bukan menjadi manusia terdidik yang cerdas secara intelektual, emosional dan spritual.<br /><br />Dari itu, sistem pendidikan yang hanya bergantung pada satu instrumen tersebut, atau lebih tepatnya disebut dengan sistem pendidikan individual itu, tidak akan mampu mencerdaskan dan mengangkat derajat masyarakat Madura khususnya dan bangsa secara menyeluruh. Hal tersebut, yang menjadi faktor utama adalah karean sistem pendidikan yang dihasilkan selama ini hanya berangkat dari konsep segelintir orang yang cendrung meniru pola pikir dari barat bukan dari hasil pengamatan dan penelitian terhada budaya, terutama di Madura.<br /><br />Model Pendidikan Berbasis Kebudayaan<br /><br />Berlandaskan uraian yang dihasilkan dari pengamatan dan kajian-kajian di muka, sudah semestinya kita memiliki trobosan-trobosan pemikiran strategis yang lebih mengedapankan nilai-nilai kebudayaan. Memang, model yang akan kita laksanakan akan tetap mengacu pada sistem pendidikan nasional dalam aspek pengembangannya, namun tetap mengoptimalkan dan menghargai ruang-ruang kebersamaan seperti belajar kelompok sehingga kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat dimiliki bersama-sama serta anak didik pun tidak hanya memiliki kemampuan kognitif belaka yang mengarahkan pada sikap individualis.<br /><br />Dengan lain kata, meskipun mencontoh sistem pendidikan nasional, akan tetapi direalisasikan dengan kreativitas yang tidak sama, sebab ekplorasi yang dikembangkan yaitu belajar bersama dan menjadi guru secara besama-sama sehingga ada taken for grantede diantara mereka. Hal ini akan menggugah peserta didik untuk terus belajar dan saling mengisi serta akan dapat menghilangkan kecendurungan putus asa (frustasi) yang sering kali terjadi pada anak didik, terutama, yang belum dewasa.<br /><br />Sistem ini, tentu saja tidak mengharuskan merubah secara total terhadap kurikulum yang telah dikembangkan selama ini. Sebab titik masalahnya bukan terletak pada kesalahan kurikulum nasional yang dibuat oleh segelintir orang, akan tetapi hilangnya akar kebudayaan seperti nilai-nilai kebersamaan yang natural dalam belajar serta pengarahan pada satu instrumen oprasional yang menggiring peserta didik pada sikap individualis.<br /><br />Dari itulah, sudah saatnya budaya-budaya lokal dihargai, ditata ulang, dicairkan, dan dirajut kembali. Hanya dengan berlandaskan mekanisme dan trobosan-trobosan tersebut yang bisa mendorong peserta didik pada prilaku kolektif sesuai dengan cita-cita substansial pendidikan. Pada capaian berikutnya, dialektika tersebut dapat mengantarkan peserta didik berbenah diri dan meningkatkan sumber daya manusianya.<br /><br />Tanpa mengoptimalkan pendidikan yang berbasis kebudayaan tersebut, anak didik kita akan kehilangan rasa sosialnya dan akan terus semakin jauh dari masyarakatnya sendiri. Dan penataan ulang terhadap sistem pendidikan yang lebih mengarah pada budaya tersebut membutuhkan sumbangan pemikiran dari semua pihak yang berkompeten dalam dunia pendidikan.<br /><br />Tulisan ini pernah dipublikasikan pernah<br /><br />di publikasikan di Radar Madura (Jawa Pos Group)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-91589501464982397152009-12-15T18:26:00.000-08:002009-12-15T20:34:12.428-08:00Surat dari Seorang TemanAndi,<br /><br />"Seutas benang itu sesungguhnya hanya<br />ada dalam pikiran Anda!"<br /><br />Ada kisah nyata tentang seekor gajah.<br />Sejak kecil ia sudah dirantai kakinya<br />dengan seutas rantai sepanjang 4 meter.<br /><br />Apa yang terjadi ketika rantai itu<br />diganti dengan seutas benang?<br /><br />Gajah itu tetap saja berkeliling & tidak<br />berani melangkah keluar dari area<br />lingkaran 4 meter tersebut!<br /><br />Dari kisah ini, pelajaran apa yang<br />bisa kita ambil?<br /><br />Maaf, saya tidak bermaksud menyamakan<br />diri kita dengan seekor gajah. :-)<br /><br />Namun bisa jadi, kita pun memiliki<br />'keterbelengguan' dengan seutas tali<br />yang mengikat diri kita!<br /><br />Kita tidak berani keluar dari zona yang<br />dianggap nyaman. Meski sesungguhnya,<br />kita bisa melakukan banyak hal hebat<br />dari perkiraan kita!<br /><br />Mari kita jujur pada diri sendiri,<br />berapa banyak kesempatan yg sebenarnya<br />hadir, melintas di depan Andi, namun<br />Andi tidak mempedulikannya?<br /><br />Andi mungkin menganggap peluang itu<br />'terlalu tinggi' untuk Andi, dan<br />merasa tidak pantas berada disana.<br /><br />Atau mungkin Andi malah merasa tidak<br />mampu untuk melakukan hal itu padahal<br />sama sekali belum pernah mencobanya?<br /><br />Kita semua tahu, segala hal yang<br />menurut kita 'begitu hebat', seringkali<br />tidak selalu seperti yang kita<br />bayangkan.<br /><br />Atau hal yang kita anggap sulit,<br />kadang sebenarnya sangat gampang!<br /><br />Ada dua kunci dalam hal ini :<br /><br />1. Andi akan bisa jika Andi berpikir bisa<br />2. Andi akan gagal jika Andi berpikir gagal<br /><br />So, jangan menyalahkan siapapun jika<br />kesuksesan belum menghampiri diri kita.<br />Sebab, faktor utamanya terletak pada<br />diri kita sendiri.<br /><br />Oleh sebab itu, perhatikan dengan<br />seksama, dan tanya pada diri sendiri,<br />adakah seutas benang yang telah<br />membelenggu diri kita selama ini?<br /><br />Jika ya, maka segeralah untuk putuskan<br />benang itu!<br /><br />Cobalah bergerak maju dari lingkaran<br />yang selama ini kita buat dan telah<br />membelenggu diri kita sendiri!<br /><br />Peluang itu sebenarnya selalu hadir<br />kapan saja. Namun, karena kita selalu<br />saja menutup mata, telinga, dan pikiran<br />kita, maka peluang itu akan terlewat<br />begitu saja!<br /><br />Jika Andi masih saja ragu untuk<br />melangkah, cobalah untuk melatihnya<br />sedikit demi sedikit. Dan jika Andi<br />sudah yakin, maka segeralah berlari<br />cepat, keluar dari keterbelengguan<br />Andi.<br /><br />Jika sudah seperti ini, maka siapa lagi<br />yang diuntungkan, jika bukan Andi<br />sendiri? :-)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-42005620669340964962009-11-25T18:00:00.000-08:002009-11-25T18:02:02.045-08:00Putusan MA Tak Pengaruhi Ujian NasionalBSNP: Putusan MA Tak Pengaruhi Ujian Nasional<br />Rabu, 25 November 2009 19:08 WIB | Peristiwa | Pendidikan/Agama | Dibaca 1620 kali<br />Semarang (ANTARA News) - Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Prof Mungin Eddy Wibowo mengatakan, putusan Mahkamah Agung (MA) yang melarang pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tak mempengaruhi penyelenggaraan UN pada 2010.<br /><br />"Kami akan tetap menyelenggarakan UN pada 2010 sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan hal itu juga telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan," katanya saat dihubungi dari Semarang, Rabu.<br /><br />Menurut dia, sesuai dengan amanat PP Nomor 19/2005 tersebut, BSNP berkewajiban untuk menyelenggarakan UN bekerja sama dengan berbagai pihak, antara lain pemerintah, pemerintah daerah, setiap satuan pendidikan, termasuk kalangan perguruan tinggi.<br /><br />Penyelenggaraan UN 2010 menurut dia, juga didasari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 75/2009 tentang UN tingkat SMA dan SMP, serta Permendiknas Nomor 74/2009 tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk SD.<br /><br />Ia mengatakan, sesuai PP Nomor 74/2009 tersebut, UN tingkat SMA, MA, dan SMK 2010 akan diselenggarakan pada minggu ketiga Maret 2010 mendatang, sedangkan UN untuk SMP akan diselenggarakan satu minggu setelah pelaksanaan UN tingkat SMA, MA, dan SMK.<br /><br />"Kami memang mengakui dalam penyelenggaraan UN terdapat berbagai tindak kecurangan, namun kami tetap melakukan evaluasi dan perbaikan berkaitan dengan penyelenggaraan UN setiap tahunnya," kata guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu.<br /><br />Berkaitan dengan putusan MA itu, Mungin mengatakan, pihaknya akan mempelajari putusan MA terkait penolakan kasasi perkara UN yang diajukan pemerintah, sebab pihaknya hingga saat ini belum mendapatkan salinan resmi putusan MA tersebut.<br /><br />Mungin menilai, penyelenggaraan UN secara obyektif, transparan, dan akuntabel tetap diperlukan, sebab hasilnya dapat digunakan untuk memetakan mutu pendidikan secara nasional, menentukan kelulusan, dan digunakan dalam seleksi masuk ke perguruan tinggi.<br /><br />"Namun, UN hanya salah satu indikator penentu kelulusan, sebab masih ada beberapa indikator lain yang menjadi penentu kelulusan selain UN, seperti ujian akhir sekolah (UAS)," kata Mungin.<br /><br />Perkara itu bermula dari "citizen lawsuit" (gugatan warga negara) yang diajukan Kristiono dan kawan-kawan terhadap presiden, wakil presiden, Menteri Pendidikan Nasional, dan Ketua BSNP yang dinilai lalai memenuhi kebutuhan hak asasi manusia (HAM) di bidang pendidikan.<br /><br />Pada peradilan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, gugatan tersebut diterima. Pengadilan Tinggi Jakarta menguatkan putusan itu pada 6 Desember 2007. Pemerintah lalu mengajukan kasasi ke MA.<br /><br />Akhirnya, MA melarang UN yang digelar Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), sebab kasasi gugatan UN yang diajukan pemerintah ditolak MA. MA memutuskan menolak kasasi perkara itu dengan nomor register 2596 K/PDT/2008 yang diputus pada 14 September 2009.(*)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-10363087318158858932009-11-11T17:29:00.000-08:002009-11-11T17:40:29.862-08:00Pemerintah Akhirnya Integrasikan UN dengan SNMPTNJAKARTA--Pemerintah melalui Depdiknas akhirnya memutuskan pada tahun 2011 pelaksanaan dan hasil ujian nasional (UN) bisa dintegrasikan dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN).<br /><br />Hal itu disampaikan Mendiknas Mohammad Nuh didampingi seluruh jajaran eselon I di lingkungan Depdiknas, dan Rektor Universitas Negri Surabaya yang juga Ketua Panitia SNMPTN Haris Supratno, di Depidknas, akhir pekan lalu.<br /><br />Dalam kesempatan itu, Ketua SNMPTN Haris Supratno mengatakan, pembuatan soal, pengawasan dan hal-hal lain sudah dilibatkan dalam pengawasan tes masuk, pembuatan soal, juga hal-hak yang kecil lainnya. Dan mulai tahun ini pun PTN sudah dilibatkan dalam proses UN. Dari mulai pemuatan soal, distribusi, pelaksanaan, dan evaluasi. "Dengan pelibatan PTN, diharapkan pada 2010 UN sudah kredibel dan tidak usah tunggu 2012 untuk mengintegrasikan UN dengan SNMPTN," ujarnya.<br /><br />PTN sudah dilibatkan dalam UN mulai dari penyusunan soal ujian, cetak naskah, distribusi ke sekolah-sekolah, pengawasan ujian hingga scanning lembar jawaban ujian. "Tahun ini UN belum bisa dijadikan syarat masuk PTN," cetus Haris.<br /><br />Adapun Mendiknas mengungkapkan, baru saja bertemu dengan rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Unair, Unesa, ITS, Unram (universitas Mataram), dan UNY untuk membicarakan masalah ini. Masalah terintegrasinya UN dengan SNMPTN merupakan salah satu isu strategis yang dikemukakan mendiknas baru dalam reformasi pendidikan di kabinet Indonesia Bersatu jilid II. <br /><br />Haris, yang juga merupakan rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengatakan, hal ini sebenarnya sudah disiapkan sejak 2008 saat mendiknas masih dijabat Bambang Sudibyo. Saat itu, ditargetkan pada 2012 hasil UN sudah bisa diintegrasikan dengan SNMPTN sehingga tidak usah ada ujian lagi untuk masuk PTN, cukup gunakan UN.<br /><br />Di sisi lain Mendiknas mengungkapkan, program 100 hari yang terdiri dari penyediaan internet massal di 17.500 sekolah, penguatan kemampuan kepala dan pengawas sekolah, beasiswa PTN bagi 20 ribu siswa setingkat SMA yang berprestasi, dan kurang mampu serta kebijakan khusus bagi guru daerah terpencil.<br /><br />Selain itu, program yang mesti selesai hingga Januari 2010 adalah penyempurnaan rencana strategis Diknas 2010-2014, pengembangan budaya dan karakter bangsa, pengembangan metodologi belajar mengajar dan membuat roadmap sinergi lembaga pendidikan dengan pengguna lulusan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan. ant/eye By Republika Newsroom<br />Senin, 09 November 2009 pukul 17:Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-58994407511190256762009-11-11T17:19:00.000-08:002009-11-11T17:25:22.817-08:00Guru Bertugas Bangkitkan Anak Didik Bercita-Cita<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBxCq9Rt-c8XUdz2XIhgRy-cPnxE4PqbV9HnxYgTe3QFX0VLhqSFERtjDR81WmSfmaJzRrZY9KFH5XnJJ6N4vyOanfdrFEv1bOYPTj878DLkTZWaYwUjTpNpqYB7SRcVrlsUuoYLAfSPTV/s1600-h/CAD82X23.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 136px; height: 102px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBxCq9Rt-c8XUdz2XIhgRy-cPnxE4PqbV9HnxYgTe3QFX0VLhqSFERtjDR81WmSfmaJzRrZY9KFH5XnJJ6N4vyOanfdrFEv1bOYPTj878DLkTZWaYwUjTpNpqYB7SRcVrlsUuoYLAfSPTV/s400/CAD82X23.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5403022054166793266" /></a><br />JAKARTA--Tugas utama seorang guru dengan kemuliaannya adalah mampu memotivasi dan membangkitkan agar anak didik punya cita-cita. Guru diharapkan mampu mendorong anak didik bersikap optimistis. Guru dianggap berprestasi jika siswa-siswa mampu melebihinya.<br /><br />Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh dihadapan para finalis Lomba Kreasi dan Inovasi Media Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Tingkat Nasional, Selasa (10/11) di Gedung Depdiknas.<br /><br />"Anak didik kita itu masa depan kita semua. Oleh karena itu, dia harus kita berikan motivasi dan dorongan-dorongan agar dia punya cita-cita, punya mimpi-mimpi besar. Media (pembelajaran) yang akan kita lombakan sebagai kreasi dan inovasi dari bapak ibu sekalian itu adalah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ikhtiar untuk meningkatkan kualitas pendiidkan kita," kata Mendiknas.<br /><br />Tema lomba adalah 'Media Pembelajaran untuk Menciptakan Proses Pembelajaran yang Efektif, Efisien, dan Mengembangkan Kemandirian dalam Belajar Para Siswa'. Lomba bertujuan untuk memotivasi guru SMP seluruh Indonesia untuk berkreasi, berinovasi, dan menggunakan media untuk pembelajaran yang efektif, efisien, interaktif, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas dan kemandirian peserta didik di dalam belajar.<br /><br />Panitia penyelenggara lomba telah menetapkan 198 karya yang lolos ke tahap peniliaian babak II dari 307 karya yang diterima panitia dari seluruh Indonesia. Mendiknas menyatakan, bagi para pemenang akan mendapatkan penghargaan yaitu dibantu untuk mengurus hak cipta hasil karyanya. "Para pemenang kita berikan penghargaan. Salah satu diantaranya kita bantu mendapatkan hak cipta, sehingga hasil karya ibu dan bapak ada pengakuan," kata Mendiknas.<br /><br />Menurut Mendiknas media pembelajaran dapat diibaratkan sebagai jembatan. Mendiknas menjelaskan, jika guru sudah menyiapkan informasi-informasi yang luar biasa, tetapi karena medianya tidak bagus maka informasi akan hilang dan tidak sampai ke siswa atau kalau sampai sudah berkurang. "Sehingga media (pembelajaran) ini sangat penting," katanya.<br /><br />Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto melaporkan, karya yang dilombakan merupakan hasil penelitian termasuk penelitian tindakan kelas yang berfokus pada pengembangan atau penciptaan inovasi dan pemanfaatan media pembalajaran baik media sederhana atau multimedia.<br /><br />Suyanto menyebutkan, media pembelajaran ini digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS dan PKN. "Media pembelajaran yang dimaksud telah digunakan dalam proses pembelajaran dasar empiris, memfasilitasi pembelajaran yang efektif, efisien, interaktif, dan menyenangkan, " tegasnya. ant/eye<br />By Republika Newsroom<br />Selasa, 10 November 2009 pukul 20:44:00Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-4311228487933380702009-11-10T02:07:00.001-08:002009-11-10T02:07:58.927-08:00SNMPTN Akan DihapusSurabaya, (Analisa)<br /><br />Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) akan dihapus oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Rencananya akan diganti dengan sistem nilai dari hasil ujian di tingkat SMA.<br /><br />Saat ini berbagai persiapan dilakukan oleh Depdiknas yaitu dengan meningkatkan kerjasama perguruan tinggi dengan sekolah. "Kredibilitas ujian nasional masih perlu ditingkatkan. Sehingga perguruan tinggi dan sekolah harus bisa kerjasama untuk proses integrasi ujian nasional. Kami menuntut tahun ini integrasi itu selesai sehingga SNMPTN perlahan bisa dihapus," kata Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh.<br /><br />M Nuh mengatakan itu di sela-sela Pembukaan Lomba Citra Elektronik Nasional XIV di Balai Pemuda Jalan Pemuda, Surabaya, Senin (9/11). Menurut Nuh, penghapusan SNMPTN untuk memperpendek rantai siswa masuk perguruan tinggi. Tidak menutupi kemungkinan soal-soal masuk ujian nasional merupakan perpaduan dari pakar perguruan tinggi dan akademisi di sekolah.<br /><br />"Cuma saya tidak mau ada asumsi SMNPTN dihapus. Tapi kalau kualitas ujian nasional semuanya bisa jadi berubah. Kenapa ujian SD bisa digunakan SMP dan hasil SMP bisa digunakan SMA sedang hasil ujian SMA juga bisa digunakan masuk PT," tandasnya. (dtc)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-17852785171739144172009-11-09T00:46:00.000-08:002009-11-09T00:48:46.202-08:00UN Masa DepanDalam menghadapi ujian nasional, sesungguhnya adalah lebih bijaksana jika pelajarlah yang dipersiapkan sebelumnya.<br />Makin tinggi: Hasil UN harus memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikanBerbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan ujian nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat 20-24 April lalu dilaksanakan di tengah riuhnya perpolitikan negara dalam rangka penghitungan suara pasca-pemilu legislatif 9 April 2009. Sementara UN tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah dasar (SD) sederajat diselenggarakan Mei 2009, di tengah suhu politik yang sedang memanas menjelang pemilihan presiden 8 Juli 2009.<br /><br />Tapi di tengah susana demikian, polemik atas kebijakan UN ini masih tetap terjadi antara pihak yang pro dan kontra. UN memang sangat vital buat pelajar maupun sekolah. Kelulusan UN merupakan salah satu penentu masa depan pelajar. Sementara bagi sekolah, persentase kelulusan siswa merupakan tolok ukur keberhasilan sekolah tersebut dalam mendidik. Dengan motivasi itu, pelaksanaan UN tahun ini juga masih tetap diwarnai beberapa kecurangan seperti kebocoran soal. Tidak jauh seperti tahun sebelumnya, rata-rata kecurangan tersebut dilakukan secara kolektif dan terencana. Sekadar contoh, di Kabupaten Bengkulu Selatan, 16 orang kepala sekolah diberitakan diperiksa kepolisian karena terlibat dalam kasus kecurangan.<br /><br />Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, UN sudah diselenggarakan. Tentu tidak bijaksana jika berlarut-larut dalam polemik setuju atau tidak setuju dan jujur atau tidak jujur. Membicarakan UN sekarang ini adalah lebih baik membicarakan bagaimana membuat UN tahun ini sebagai pembelajaran untuk menghadapi ujian tahun depan.<br /><br />Seperti diketahui, sejak diberlakukannya UN, grafik standar kelulusan ada perubahan walaupun berfluktuatif setiap tahunnya. Dimana standar kelulusan pada tahun 2002 (3,01 ), 2003 (3,01), 2004 (4,01), 2005 (4,01), 2006 (4,50), 2007 (5,00), 2008 (5,25), dan tahun 2009 sebesar 5,50. Khusus untuk tahun ini, standar ini mengartikan bahwa hasil UN harus memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Sedangkan untuk SMK, nilai uji kompetensi keahlian minimum 7,00 dengan nilai teori kejuruan minimum 5. Nilai uji kompetensi keahlian digunakan untuk menghitung nilai rata-rata UN.<br /><br />Tujuan menaikkan standar kelulusan itu setiap tahunnya, yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, sejauh ini masih mendapat pembenaran. Terbukti, seperti dikatakan Kepala Pusat Penelitian Pendidikan (Puspendik) Depdiknas Burhanudin Tolla pertengahan April lalu, langkah peningkatan standar kelulusan UN ini berdasarkan hasil evaluasi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) pada 2004 rata-rata nilai UN hanya 5,5. Namun pada 2008 lalu hasilnya meningkat drastis menjadi 7,3. “Jadi terbukti bahwa UN mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Semangat guru mengajar juga meningkat,’’ katanya.<br /><br />Memperhatikan fluktuasi perubahan standar kelulusan yang terus dinaikkan setiap tahun itu, diyakini, seperti yang memang sudah pernah diwacanakan pejabat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebelumnya, tahun depan juga diperkirakan standar kelulusan akan terus dinaikkan hingga mendekati standar kelulusan seperti yang berlaku di dunia internaional. Oleh karena itu, ke depan, sesungguhnya adalah lebih bijaksana jika pelajarlah yang dipersiapkan mengikuti ujian sehingga mereka berhasil melewati batas kelulusan minimal yang ditetapkan Depdiknas, sebagai langkah awal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.<br /><br />Namun di luar polemik setuju atau tidak setuju, pendapat yang mengusulkan agar UN dibuat sebagai salah satu metode evaluasi pembelajaran di samping metode pembelajaran yang lain, kiranya perlu dipertimbangkan dan diskusi lebih lanjut. Sebagaimana pendapat pengamat pendidikan Arif Rachman, hak guru dan sekolah untuk mengevaluasi dan menentukan kelulusan siswa hendaknya tetap diberikan. Satu contoh, jika ada siswa memperoleh nilai kurang nol koma sekian dari standar kelulusan UN, padahal selama tiga tahun siswa itu berprestasi baik, guru atau sekolah sebaiknya punya hak meluluskannya.<br /><br />Di samping topik tersebut, wacana membuat hasil UN SMA sederajat menjadi syarat masuk perguruan tinggi negeri juga perlu didiskusikan lebih lanjut Sebab menurut pendapat beberapa pihak, jika hal itu dilaksanakan, berarti ada kerancuan berpikir tentang makna evaluasi. Sebab, seleksi masuk perguruan tinggi memiliki maksud dan tujuan yang berbeda dengan UN.<br /><br />UN merupakan tes untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran, sementara tes masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi merupakan tes untuk mengukur kemampuan calon menjalani proses pendidikan. Jadi usaha untuk menggabungkan keduanya dianggap tidak lagi berangkat dari makna dan jati diri tes, tetapi bagian dari upaya pemenangan perang atas nama kekuasaan. Lebih lanjut disebutkan, mempertemukan kedua tes dalam satu paket akan mengabaikan karakter dan prisip pendidikan yang selama ini berfokus pada anak didik sebagai objek.Semoga dengan pelaksanaan UN tahun ini, kita semakin bijaksana dan anak didik semakin giat belajar. RB (Berita Indonesia 66)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-65929036354227674402009-10-27T00:57:00.000-07:002009-10-27T00:58:18.952-07:00<!--tag widget code--><br /><a href="http://indonesiasatoe.blogdetik.com/2009/10/23/gerakan-indonesia-satoe/" target="_blank" title="Indonesia Satoe"><br /><img src="http://o.detik.com/images/blog/indonesia-satoe.gif" width="180" height="125" /><br /></a>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-89622022468087239482009-10-13T02:58:00.000-07:002009-10-23T01:17:38.791-07:00award dari sahabat<a href="http://catatan-kecil-ku.blogspot.com/2009/09/award-idul-fitri-2009.html" target="_blank"> <img alt="Catatan Kecil Ku" src="http://i616.photobucket.com/albums/tt242/catatan/ketupatfinis.png" />Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-42010188456296567302009-09-03T23:03:00.000-07:002009-09-03T23:13:30.125-07:00KETERTINGGALAN PENDIDIKAN DUNIA ISLAM<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh72MLlG5Muqh2Q4oPUWWY9WpotemaCy-RV44_fXLlhHxazgsn-BfUHATsScxYOMkEi9UX1wkQf-aEnjo9C815EaeUwfpYX8hsDYuNd0Mu4wrEKbpEighq2uPhLj5miMb9d_peBcvtAxuMY/s1600-h/CAA1AP3W.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 143px; height: 107px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh72MLlG5Muqh2Q4oPUWWY9WpotemaCy-RV44_fXLlhHxazgsn-BfUHATsScxYOMkEi9UX1wkQf-aEnjo9C815EaeUwfpYX8hsDYuNd0Mu4wrEKbpEighq2uPhLj5miMb9d_peBcvtAxuMY/s320/CAA1AP3W.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377491349493602114" border="0" /></a><br /><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong><span style="color: rgb(128, 0, 128);"> Mengapa dunia muslim tertinggal pendidikannya? Jawabannya: <span style="color: rgb(255, 0, 0);">F</span><span style="color: rgb(255, 0, 0);">ILSAFAT! </span>Ya, karena dunia muslim pada umumnya menabukan filsafat, induknya ilmu pengetahuan. Lebih-lebih setelah aliran Wahhabi, yang secara teologis antirasionalisme ini, me-<em>mainstream</em> sebagai model Islam di dunia.<br /><br />Riset-riset mutakhir barat saat ini tak terlepas dari jasa positivisme August Comte, yang memadukan filsafat rasionalisme cartesian dengan filsafat empirisme. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan riset, <em>5w1h questions</em>, merupakan salah satu bagian pertanyaan-pertanyaan mendasar dari filsafat logika. Belum lagi jika kita bicara soal cabang-cabang ilmu yang lain, seperti psikologi, sosiologi, ilmu politik, hukum dll, semua pasti beralaskan filsafat.</span></strong></span></span> <p><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong><span style="color: rgb(128, 0, 128);">Jangankan itu, mari kita lihat dari kacamata geopolitik. Ideologi yang berkembang di dunia ini berakar kuat pada filsafat. Ideologi kapitalisme, misalnya, dipengaruhi oleh Filsafat Kebebasan Manusia ala John Locke. Sementara Komunisme diawali dari Filsafat Materialisme Dialektika.<br /><br />Apakah sejarah peradaban Islam tidak pernah (mau) mengenal filsafat? <em>Nay!</em> Zaman keemasan Islam dulu tak terlepas dari peran filsafat dalam meletakkan basis keilmuwan. Sebut saja Ibu Sina (dokter, ahli kimia, geologis, ahli astronomi, dll), Al-Farabi (ahli matematika, musisi, sosiolog, dll) dan Al-Kindi (ahli matematika, psikologi, dokter, musisi) yang juga filsuf. Saking pentingnya filsafat, sampai-sampai Ibnu Thufail asal Andalusia menulis novel “Hayy ibn Yaqdzan, yang menekankan pentingnya akal untuk “mencari” Tuhan.<br /><br />Tapi kita tak perlu berkecil hati soal ini. Di belahan Islam lain, ada sekelompok “minoritas kreatif” yang tradisi filsafatnya juga kuat. Ya, dialah Iran. Sebut saja di antaranya Mulla Shadra, Murtadha Muthahhari, Muhammad Baqr ash-Shadr, bahkan sang revolusionis Ayatullah Khomeini (bahkan termasuk Ibnu Sina!). Karena filsafatnya kuat, maka tradisi keilmuannya pun juga maju. Dengan demikian, tak heran jika pendidikan di Iran juga mulai berkembang pesat.</span></strong></span></span></p> <p><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong><span style="color: rgb(128, 0, 128);">Kuatnya tradisi keilmuan dan berkualitas karya-karya di sana, sampai-sampai membuat barat dan orientalis tertarik untuk mempelajarinya. Sepasang suami istri William Chittick dan Sachiko Murata, misalnya, termasuk di antaranya yang tertarik mempelajari filsafat di Negeri Mullah ini.</span></strong></span></span></p> <p><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong><span style="color: rgb(128, 0, 128);">Soal fasilitas pendidikan bagaimana? Di Iran, anak-anak yang berasal dari keluarga tak mampu diberikan fasilitas pendidikan, antara lain bebas biaya SPP dan <em>printil-printil</em> lainnya serta diberikan buku-buku gratis. Walhasil, anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah justru yang rata-rata berprestasi.<br /></span></strong></span></span><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong></strong></span></span></p> <p><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong><span style="color: rgb(128, 0, 128);">Bagaimana dengan tradisi pengajaran di sana? Mari kita tengok ke salah satu “pesantren tradisional” bernama <em>Hauzah ‘Ilmiyyah al-Moqaddesah</em> di kota Qom. <em>“Yang paling berkesan belajar di Iran adalah perilaku ulama-ulama yang ada di Qom, yang begitu baik menghargai pelajar-pelajar. Tidak merasa lebih tinggi atau pintar. Mereka benar-benar memahami Islam dengan baik dari perilakunya,”</em> kata Musa Kadzim Siraj, alumnus <em>Hauzah</em> asal Madura ini.</span></strong></span></span></p> <p><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(128, 0, 128);"><strong>Bagaimana soal infrastrukturnya? Di ibukota Iran, Tehran, ada perpustakaan dengan koleksi buku terbanyak di dunia, yaitu berjumlah lebih dari 9 juta buku. Saking berharganya ilmu pengetahuan bagi mereka, sampai-sampai rak-rak bukunya bisa masuk ke dalam <em>bunker</em> secara otomatis jika terjadi sesuatu. Ya, belajar dari zaman kemunduran Islam dulu, ketika karya-karya besar ilmuwan muslim dibakar. Lagi, beberapa hari yang lalu, Iran juga mengirimkan Satelit Omid, serta sesumbar akan mengirimkan astronot pada 2021. </strong></span></span></span></p> <p><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><span style="color: rgb(31, 73, 125);font-family:Arial;" ><strong><span style="color: rgb(128, 0, 128);">Kemajuan pendidikan tak terlepas dari tradisi keilmuan yang baik. Sementara tradisi keilmuan yang baik sangat bergantung pada filsafat. Jadi, kenapa kita tidak mulai berfilsafat?***(DOONUKUNEKE)</span></strong></span></span></p>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-67730885283773110092009-09-03T03:14:00.000-07:002009-09-03T03:21:32.034-07:00ISLAM DI PAPUA, SEJARAH YANG TERLUPAKAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt0i4znOHadEr168SRuQtk8eMcG6wwLRfKObKfWfKyCelcvUV7V64PXSNpytaGF2PvlyKI1oQL5TmCw5mCVDz7HGprCvBP9LPC1eGgKii-v84HupeYEvLqvljdYbn4mUyYPy9__AkLsNY2/s1600-h/CA9IO7CN.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 113px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgt0i4znOHadEr168SRuQtk8eMcG6wwLRfKObKfWfKyCelcvUV7V64PXSNpytaGF2PvlyKI1oQL5TmCw5mCVDz7HGprCvBP9LPC1eGgKii-v84HupeYEvLqvljdYbn4mUyYPy9__AkLsNY2/s320/CA9IO7CN.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377184146859693394" border="0" /></a><br />Islam masuk lebih awal sebelum agama lainnya di Papua. Namun, banyak upaya pengaburan, seolah-olah, Papua adalah pulau Kristen. Bagaimana sejarahnya?<br /><br />Upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengan cara sistematis di seantero negeri ini. Setelah Sumetera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku diklaim sebagai kawasan Kristen, dengan berbagai potensi menariknya, Papua merupakan jualan terlaris saat ini. <b>Papua diklaim milik Kristen!</b><br /><br />Ironis, karena hal itu mengaburkan fakta dan data sebenarnya di mana Islam telah hadir berperan nyata jauh sebelum kedatangan mereka (agama Kristen Missionaris). <img src="http://swaramuslim.net/images/emoticons/foto.gif" /><br /><br />Berikut catatan Ali Atwa, wartawan Majalah Suara Hidayatullah dan juga penulis buku “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua)” tentang Islam di Bumi Cenderawasih bagian pertama:<br /><br /><div class="say">Menurut <b>HJ. de Graaf</b>, seorang ahli sejarah asal Belanda, Islam hadir di Asia Tenggara melalui tiga cara: <b>Pertama</b>, melalui dakwah oleh para pedagang Muslim dalam alur perdagangan yang damai; <b>kedua</b>, melalui dakwah para dai dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan <b>ketiga</b>, melalui kekuasan atau peperangan dengan negara-negara penyembah berhala. </div><br /><br />Dari catatan-catatan yang ada menunjukkan bahwa kedatangan Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sanggat lama. Islam datang ke sana melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di nusantara.<br /><br />Sayangnya hingga saat ini belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Sejumlah seminar yang pernah digelar seperti di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan di ibukota provinsi Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997, belum menemukan kesepakatan itu. Namun yang pasti, jauh sebelum para misionaris menginjakkan kakinya di kawasan ini, berdasarkan data otentik yang diketemukan saat ini menunjukkan bahwa muballigh-muballigh Islam telah lebih dahulu berada di sana. Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalar perdagangan Nusantara.<br /><br />Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru.<br /><br />Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya. Keterangan mengenai hal itu antara disebutkan sebagai berikut:<br /><br /><i>"Muwah tang i Gurun sanusanusa mangaram ri Lombok Mirah lawan tikang i Saksakadi nikalun kahaiyan kabeh nuwati tanah i bantayan pramuka Bantayan len luwuk teken Udamakatrayadhi nikang sanusapupul".<br /><br />"Ikang sakasanusasanusa Makasar Butun Banggawai Kuni Ggaliyao mwang i [ng] Salaya Sumba Solot Muar muwah tigang i Wandan Ambwan Athawa maloko Ewanin ri Sran ini Timur ning angeka nusatutur".</i><br /><br />Dari keterangan yang diperoleh dalam kitab klasik itu, menurut sejumlah ahli bahasa yang dimaksud "<b>Ewanin</b>" adalah nama lain untuk daerah "<b>Onin</b>" dan "<b>Sran</b>" adalah nama lain untuk "<b>Kowiai</b>". Semua tempat itu berada di Kaimana, Fak-Fak. Dari data tersebut menjelaskan bahwa pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk wilayah kekuasaan Majapahit.<br /><br />Menurut <b>Thomas W. Arnold</b> : "<b>The Preaching of Islam</b>”, setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berikutnya adalah Demak Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak.<br /><br />Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku.<br /><br />Catatan serupa tertuang dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Periplus Edition, di buku “Irian Jaya”, hal 20 sebuah wadah sosial milik misionaris menyebutkan tentang daerah yang terpengaruh Islam. Dalam kitab Negarakertagama, di abad ke 14 di sana ditulis tentang kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, di mana di sana disebutkan dua wilayah di Irian yakni Onin dan Seran<br /><br />Bahkan lebih lanjut dijelaskan: Namun demikian armada-armada perdagangan yang berdatangan dari Maluku dan barangkali dari pulau Jawa di sebelah barat kawasan ini, telah memiliki pengaruh jauh sebelumnya.<br /><br />....Pengaruh ras austronesia dapat dilihat dari kepemimpinan raja di antara keempat suku, yang boleh jadi diadaptasi dari Kesultanan Ternate, Tidore dan Jailolo. Dengan politik kontrol yang ketat di bidang perdagangan pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate di temukan di raja Ampat di Sorong dan di seputar Fakfak dan diwilayah Kaimana<br /><br />Sumber cerita rakyat mengisahkan bahwa daerah Biak Numfor telah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Tidore.<br /><br />Sejak abad ke-XV. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. Mereka diberi berbagai macam gelar, yang merupakan jabatan suatu daerah. Sejumlah nama jabatan itu sekarang ini dapat ditemui dalam bentuk marga/fam penduduk Biak Numfor.<br /><br /><span style="font-size:100%;"><b>Kedatangan Orang Islam Pertama</b></span><br />Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa, masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia Timur, yakni kerajaan Bacan.<br /><br />Bahkan keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah menguasai beberapa daerah di Papua pada abad XVI telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati pada abad XVI telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam. Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat di pulau-pulau tadi memeluk agama Islam, khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang dipedalaman masih tetap menganut faham animisme.<br /><br /><div class="box"><b>Thomas Arnold</b> yang seorang orientalis berkebangsaan Inggris memberi catatan kaki dalam kaitannya dengan wilayah Islam tersebut: “…beberapa suku Papua di pulau Gebi antara Waigyu dan Halmahera telah diislamkan oleh kaum pendatang dari Maluku"<br /><br />Tentang masuk dan berkembangnya syi'ar Islam di daerah Papua, lebih lanjut Arnold menjelaskan: “Di Irian sendiri, hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam. Agama ini pertama kali dibawa masuk ke pesisir barat [mungkin semenanjung Onin] oleh para pedagang Muslim yang berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk, dan itu terjadi sejak tahun 1606. Tetapi nampaknya kemajuannya berjalan sangat lambat selama berabad-abad kemudian..." </div><br /><br />Bila ditinjau dari laporan Arnold tersebut, maka berarti masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yaitu ketika dua orang missionaris Jerman bernama <b>C.W. Ottow</b> dan <b>G.J. Geissler</b> mendarat dan kemudian menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana. (<i>Ali Atwa, penulis buku “Islam Atau Kristen Agama Orang Irian (Papua).</i>” (Hidayatullah)Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-39953260017870237852009-09-01T21:55:00.000-07:002009-09-01T22:02:07.194-07:00PAPUA KAYA SITUS PURBAKALA<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMMpzC48_Avjcy3w8dMp_Ax9NUU4YN9Gm9DZUvsvTN4sjsUpwqg0SGvKr-MAkeE6U3sl5ZXBMXSVehvv8IIHY0lqc3NCNK2On6bUTBJUguebhKiF2NqEgAx6-c_0gvOaTsRxz0V2dgHn-7/s1600-h/CAIJ6BCX.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5376730896598865346" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 127px; CURSOR: hand; HEIGHT: 86px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMMpzC48_Avjcy3w8dMp_Ax9NUU4YN9Gm9DZUvsvTN4sjsUpwqg0SGvKr-MAkeE6U3sl5ZXBMXSVehvv8IIHY0lqc3NCNK2On6bUTBJUguebhKiF2NqEgAx6-c_0gvOaTsRxz0V2dgHn-7/s320/CAIJ6BCX.jpg" border="0" /></a><br /><div>Jayapura, (tvOne)</div><br /><div>Wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki potensi besar berbagai situs arkeologi sebagai kekayaan sejarah bagi perjalanan perkembangan peradaban bangsa Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Arkeologi Jayapura, M.Irfan. "Situs arkeologi yang ditemukan di Papua, termasuk Papua Barat adalah situs yang berkaitan dengan perkembangan antropologi, budaya, etnik dan peninggalan kolonial," ujarnya. Arkeologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari kehidupan manusia masa lalu berdasarkan bukti-bukti penemuan artefak dan fosil. Rentang waktu masa lalu ditetapkan untuk penemuan yang telah berumur 50 tahun ke belakang. Hal ini didasarkan pada UU No.5 Tahun 1992 tentang benda-benda arkeologi. Irfan mengakui, situs purbakala tertua yang ditemukan di Pulau Papua berusia pra sejarah, yaitu 40.000 - 30.000 tahun sebelum masehi. </div><br /><div>Situs yang berlokasi di Kabupaten Biak ini berupa gua-gua yang pada dindingnya dijumpai lukisan-lukisan gua dan fosil-fosil moluska atau cangkang kerang. Kedua hal tersebut menandakan adanya kehidupan manusia pada masa lampau. Sementara itu, ditemukannya fosil moluska menjadi indikator penting adanya aktivitas manusia purbakala karena pada periode waktu tersebut menjadi makanan pokok bagi manusia pra sejarah. Moluska adalah makanan yang mudah didapat dan diolah dibandingkan dengan harus berburu binatang darat yang butuh mengeluarkan banyak energi. Lebih lanjut dia mengatakan, penemuan arkeologi di Biak ini merupakan jalan untuk merunut sejarah migrasi manusia ke Papua. "Hal ini membuktikan adanya kontak-kontak awal manusia sebelum kolonial masuk ke Papua," tandasnya. </div><br /><div>Selain di Biak, penemuan dari jaman megalitikum terdapat di Situs Tutari, Kabupaten Jayapura. Di tempat ini ditemukan bongkahan batu berlukis berbentuk binatang-binatang melata. Sementara itu, arkeologi dari zaman kolonial juga banyak ditemukan di beberapa daerah di Papua karena wilayah ini pernah diduduki bangsa Belanda sejak tahun 1900-an hingga pecah Perang Pasifik di tahun 1940-an. Situs zaman kolonial ini misalnya Situs Ifar Gunung, Situs Asei Pulau dan Situs Hirekombe di Kabupaten Jayapura, Situs lainnya adalah adalah yang berkaitan dengan sejarah masuknya agama Islam ke Papua. Dibuktikan dengan ditemukannya Situs Makam Islam di Lapintal, Kabupaten Raja Ampat, Situs Islam di Pulau Nusmawan, Kabupaten Teluk Bintuni dan lain sebagainya. Dengan potensi arkeologi yang demikian besar, Balai Arkeologi Jayapura membagi wilayah kerjanya menjadi enam, yaitu daerah Kepala Burung, Teluk Cenderawasih, Teluk Bintuni, Pantai Selatan dan sekitarnya, Pantai Utara dan sekitarnya serta Pegunungan Tengah. Sejak sepuluh tahun terakhir ini, kegiatan penelitian dan pengembangan Balai Arkeologi Jayapura telah menemukan 89 situs yang sangat berharga, baik dari segi pendidikan dan budaya maupun wisata sejarah. (Ant). </div>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-5124043315304395792009-08-31T01:07:00.001-07:002009-08-31T01:09:19.838-07:00<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrQI_Z3QGnSRdkXTVxTqYB1kvvj5qm6ioe8FrYWR_JtAiuAUJmYJdDw71LjcKvDuBUBpe3cdyqTMQuQe9NEZMtxqju3boMDEZOSTTpF6D6g-oeIfDuLF3cSiYg2rbwO4Jcl9-C-XskEbxm/s1600-h/bunga+matahari.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 150px; height: 113px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrQI_Z3QGnSRdkXTVxTqYB1kvvj5qm6ioe8FrYWR_JtAiuAUJmYJdDw71LjcKvDuBUBpe3cdyqTMQuQe9NEZMtxqju3boMDEZOSTTpF6D6g-oeIfDuLF3cSiYg2rbwO4Jcl9-C-XskEbxm/s320/bunga+matahari.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5376036846468356898" border="0" /></a><br /><h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://novalnorak.blogspot.com/2008/12/ibuku-ibuku-ibuku.html">Ibuku, Ibuku, ibuku</a> </h3> <div style="text-align: center;"><em>Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia.</em><br /><em>Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.</em><br /><em>Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. </em></div> <p align="center"><em>Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.<br />Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa<br />merestui dan memberkatinya.</em></p> <p align="center"><em>Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.<br />Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.</em></p> <p align="center"><em>Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan<br />dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.</em></p> <p align="center"><em>Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.<br />Penuh cinta dan kedamaian.<br /></em></p> <p align="center"><em><strong>(Kahlil Gibran)</strong></em></p>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-75567311724931453352009-08-24T19:24:00.000-07:002009-08-24T19:35:26.434-07:00Karakter Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhljOT8RBsS1HoNVsmLPu4sK2fUmwsOMwcMttQeU16xnz0HxsVZRzH6fov5geGNnagbhEDrUVE3WozrNn6N8LgL9UOiLzE8vL8FLz8wMu5HUjRY5Ub02CQTGyIXoK4rddgyncTX5KidXNRe/s1600-h/DI01.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhljOT8RBsS1HoNVsmLPu4sK2fUmwsOMwcMttQeU16xnz0HxsVZRzH6fov5geGNnagbhEDrUVE3WozrNn6N8LgL9UOiLzE8vL8FLz8wMu5HUjRY5Ub02CQTGyIXoK4rddgyncTX5KidXNRe/s320/DI01.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5373723839698447650" border="0" /></a><br /> <div class="entry"> <p> Dalam pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) diharapkan ada ciri-ciri yang semakin menguat sebagai pembeda dari sekolah lain. Ciri-ciri tersebut meliputi faktor fisik, intelektual, sosial dan spritual. </p> <p> </p> <p> </p> <p>Penerapan keempat faktor tersebut dalam kurikulum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: </p> <p> </p> <p><strong>Faktor Fisik</strong> </p> <p>Siswa berdaya saing yang bagus karena memiliki disiplin dan motivasi yang baik. </p> <p>Siswa diharapkan memiliki standar disiplin yang berlaku internasional. Dalam tahap pembelajaran siswa diharapkan lebih menghargai proses daripada hasil. Dalam proses tersebut dituntut untuk mengerjakan sendiri setiap tugas yang diberikan, menghargai waktu, taat pada peraturan sekolah dan negara, menjadi contoh bagi masyarakat disekitarnya dalam hal ketaatan terhadap peraturan. Siswa juga diharapkan bervisi jauh ke depan. Mampu melihat diri sendiri dan masyarakat serta membandingkannya dengan dunia internasional agar tercapai kemajuan yang signifikan. </p> <p> </p> <p><strong>Faktor Intelektual</strong> </p> <p>Menggunakan standar yang lebih tinggi dari SI dan SKL yang diperkaya dgn adaptasi dan/atau adopsi kurikulum negara <em>Organization for Economic Cooperation and Development</em> (OECD) dan negara maju lain. </p> <ul><li>Mengadaptasi dan/atau mengadopsi (menerapkan) isi, metode, pendekatan, penilaian dan hasil pembelajaran secara komprehensif sesuai dengan standar Internasional yang diacu. </li><li>Meningkatkan kreativitas guru untuk menggunakan multi metode (termasuk riset, penulisan karya ilmiah, pembelajaran dengan praktek dan inovasi). </li><li>Mendorong siswa untuk menggali keterkaitan antara etika, sains, estetika, dan teknolgi. </li><li>Mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan interaksi antara kurikulum dengan kehidupan nyata (seperti pelayanan masyarakat, kepedulian lingkungan, pendidikan kesehatan dan sosial). </li><li>Mendorong dan memfasilitasi siswa melakukan riset dan penulisan karya ilmiah. </li></ul> <p>Mengembangkan kemampuan komunikasi siswa dengan sekurang-kurangnya satu bahasa asing </p> <ul><li>Membentuk komunitas dwi-bahasa (<em>Bilingual Community</em>) dalam sekolah. </li><li>Mendorong siswa agar mampu mengkomunikasikan gagasan, baik dalam bahasa asing maupun dalam bahasa ibu secara lisan dan tulisan. </li></ul> <p>Menerapkan bidang ICT sebagai daya saing di dunia internasional. </p> <ul><li>Mendorong siswa agar mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. </li><li>Memberikan fasilitas yang mendukung untuk dapat menerapkan ICT dengan baik. </li><li>Menciptakan situasi yang ”melek” ICT di sekolah. </li><li>penyediaan perangkat lunak (<em>sofware</em>) dan perangkat keras (<em>hardware</em>) yang memadai untuk menerapkan ICT di sekolah. </li></ul> <p>Menggunakan sistem satuan kredit semester (SKS) </p> <ul><li>Menggunakan sistem paket dan sistem SKS di SMP jika sekolah telah menyiapkan semua sarana dan prasarana pendukung. </li><li>Menerapkan sistem SKS di SMA. </li></ul> <p> </p> <p><strong>Faktor Sosial</strong> </p> <p>Mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya Indonesia </p> <ul><li>Memberikan pemahaman kepada siswa tentang konservasi lingkungan hidup dan menumbuhkan tanggung jawab siswa terhadap lingkungannya (misalnya menggunakan bahan-bahan daur ulang, menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya). </li><li>Penyediaan sarana untuk menunjang sikap peduli terhadap lingkungan alam (mis: tong sampah yang berbeda untuk sampah basah dan kering, menyediakan lahan untuk bercocok tanam). </li><li>Mendorong siswa mengerti mengenai masalah-masalah sosial dan berperan aktif dalam memecahkannya. </li><li>Penyediaan pelajaran dan sarana belajar untuk tempat pengembangan minat terhadap budaya Indonesia (musik, tari-tarian, kuliner, kerajinan tangan/ketrampilan khas Indonesia, dll). </li></ul> <p>Menyiapkan siswa menjadi warga dunia yang bangga terhadap budaya bangsanya, mampu berpikir kritis dan holistik, memecahkan masalah, mandiri serta dapat berkerja sama dengan orang lain </p> <ul><li>Mendorong siswa agar mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang. </li><li>Membiasakan siswa untuk berdiskusi agar bersedia menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan orang lain. </li><li>Mendorong siswa agar mampu mandiri dan dapat menjalin kerja sama baik dengan orang lain maupun bangsa lain </li><li>Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kebudayaan baik bersifat nasional maupun internasional. </li><li>Mendorong siswa agar dapat mengapresiasi karya budaya bangsa Indonesia dan bangsa lainnya. </li></ul> <p><br /><strong>Faktor Spiritual</strong> </p> <p>Mengembangkan siswa menjadi manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, dan menjadi warga negara yang demokratis </p> <ul><li>Menjadikan siswa sebagai subyek pembelajaran. </li><li>Penyediaan sarana dan media bagi siswa untuk mengutarakan pendapatnya sebagai warga sekolah dan warga negara yang demokratis dan menghargai pendapat orang lain. </li><li>Membimbing siswa melakukan cara belajar yang benar. </li><li>(Learning How to Learn). Memberikan pengenalan nilai-nilai yang bersifal universal. </li></ul></div><!--post paging--><!--Post Meta--> <p class="postMetaData">Tags: <a href="http://www.kreativitas.net/tag/bilingual-community" rel="tag">bilingual community</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/dwi-bahasa" rel="tag">dwi-bahasa</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/ict" rel="tag">ict</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/kreativitas-guru" rel="tag">kreativitas guru</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/melek-ict" rel="tag">melek ict</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/oecd" rel="tag">OECD</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/organization-for-economic-cooperation-and-development" rel="tag">Organization for Economic Cooperation and Development</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sarana-dan-prasarana-sekolah" rel="tag">sarana dan prasarana sekolah</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sarana-sekolah" rel="tag">sarana sekolah</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/satuan-kredit-semester" rel="tag">satuan kredit semester</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sbi" rel="tag">sbi</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sekolah-bertaraf-internasional" rel="tag">sekolah bertaraf internasional</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sistem-sks" rel="tag">sistem sks</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sks" rel="tag">sks</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/sks-sma" rel="tag">sks sma</a>, <a href="http://www.kreativitas.net/tag/teknologi-sekolah" rel="tag">teknologi sekolah</a><br /></p>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-20399425716946489952009-08-12T19:55:00.001-07:002009-08-12T19:55:41.632-07:00Guru Sejati Dalam Dimensi Supranatural<a href=http://shar.es/OZHR>Guru Sejati Dalam Dimensi Supranatural</a><br /><br />Posted using <a href="http://sharethis.com">ShareThis</a>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-14390385734638705422009-08-04T19:20:00.000-07:002009-08-04T19:25:59.009-07:00Sekolah Bertaraf Internasional, untuk Apa dan Siapa?<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzF4ToHx9EXo8VAFDmyijFKBpx9Xrf_Xrq9A53161vreVYurEBPqB6_8RGGzg9dKNaTqnvT7YmfZEPLu8VQKxqrwyLxMx6xacdiKAEkZeMKgPhNco3wdFF7b7rqfCH324_79rxbD_aMQhk/s1600-h/CAEHC9WH.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5366300254479139634" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 131px; CURSOR: hand; HEIGHT: 98px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzF4ToHx9EXo8VAFDmyijFKBpx9Xrf_Xrq9A53161vreVYurEBPqB6_8RGGzg9dKNaTqnvT7YmfZEPLu8VQKxqrwyLxMx6xacdiKAEkZeMKgPhNco3wdFF7b7rqfCH324_79rxbD_aMQhk/s320/CAEHC9WH.jpg" border="0" /></a><br /><div>Persaingan global yang semakin mencuat dekade ini membuat pemerintah sedikit melakukan langkah yang dapat dikatakan tergesa-gesa. Bidang pendidikan kita yang condong pada pembelajaran multikultur membuat beberapa langkah pengupayaan kemajuan pendidikan sedikit kurang mengarah.Indonesia dengan keberagaman sisi ekonomi, sosial, serta budaya memang perlu membuat langkah jitu dalam hal pendidikan, tidak serta merta langsung mengarah pada dominasi luar negeri. Pemandangan pendidikan luar negeri memang sudah sangat maju, yang perlu digaris bawah adalah kemajuan itu dilakukan dengan bertahap hingga mendapatkan finishing yang gemilang. Australia, Inggris, Amerika, dan beberapa Negara di Asia memiliki standar pendidikan maju, beberapa alasan diantaranya adalah Negara tersebut aktif dalam menciptakan globalisasi seperti pertumbuhan ekonomi, penguasaan Iptek, dan penerapan aspek linguistic yang condong menerapkan bahasa dunia (bahasa inggris) sebagai media penyampaian pesan. Munculnya Sekolah Bertaraf International (SBI) di Indonesia dianggap sebagai langkah maju tumbuhnya perkembangan pendidikan setara luar negeri atau Internasional. Pengembangan SBI sendiri didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat 3 yang secara garis besar ketentuan ini berisi bahwa pemerintah didorong untuk mengembangkan satuan pendidikan bertaraf internasional. Visi SBi sendiri yakni mewujudkan insane Indonesia cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Y.M.E, berakhlak mulia, berjati diri Indonesia, dan kompetitif secara global. Dengan adanya dasar dan visi pengembangan SBI tersebut pemerintah terus berusaha menyertakan ratusan SMP dan SMA seluruh Kabupaten/Kotamadya di Indonesia dengan memberikan sokongan dana ratusan milyar rupiah.Pembentukan SBI sendiri harus mengacu pada standar perumusan SBI yakni SBI = SNP + X. SNP adalah Standar Nasional Pendidikan dan X adalah penguatan untuk berdirinya SBI seperti sebagai penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional umpamanya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO. SNP sendiri memiliki 8 kompetensi yakni lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarpras, dana, pengelolaan dan penilaian.Dari ketentuan tersebut masyarakat dapat mengamati terutama sisi ekonomi tentang biaya yang dikeluarkan untuk memberhasilkan SBI di Indonesia. Teknis SBI sendiri masih terlihat gamblang salah satunya adalah penerapan pembelajaran model bilingual/menggunakan dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Pada system ini pendidik diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris dalam melakukan proses PBM, tentunya pendidik untuk SBI harus memiliki kompetensi tinggi dalam menerapkan bahasa inggris pasif/aktif.Kompetensi ini memiliki standar khusus antara lain nilai TOEFL > 500, padahal seseorang yang nilai TOEFL nya > 500 tidak tentu bisa menerapkan bahasa Inggris dalam memberikan pemahaman bidang pelajaran pada siswa. Penerapan bahasa inggris dalam SBI adalah tahun pertama guru menggunakan sekitar 75% bahasa Indonesia 25% bahasa Inggris, tahun kedua 50% bahasa Indonesia 50% bahasa Inggris, dan tahun ke tiga 75% bahasa Inggris 25% bahasa Indonesia, dari sini dapat dibayangkan pada tahun ketiga siswa yang tingkat bahasa Inggris nya kurang akan mengalami degradasi prestasi karena sulit mencerna pembicaraan dari guru. SBI sendiri membutuhkan banyak dana dalam pelaksanaannya, biaya yang dikeluarkan sangat besar. Tercatat, untuk memberhasilkan program ini ada dana tertentu yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat diantaranya Pemerintah pusat 50%, Propinsi 30%, dan Kota/Kab. 20%. Standarisasi prosentasi sendiri masih belum jelas karena tiap-tiap SBI tentunya memiliki besaran dana yang tidak sama, misalnya SBI didaerah Malang akan berbeda dengan SBI di daerah Jakarta. SBI pada sekolah swasta akan berbeda pula besaran dananya, mengingat kucuran dari pemerintah mengalami seleksi khusus, jadi masyarakat yang tertarik dengan nama SBI dan itu pada sekolah swasta akan mengeluarkan dana besar, tentunya permasalahan ini akan kembali lagi pada mampu tidaknya seseorang untuk melanjutkan pendidikan, ironis sekali dengan pencanangan sekolah gratis yang diprogramkan pemerintah akhir-akhir ini. Dalam hal standarisasi output, siswa SBI harusnya lebih memiliki education skill tinggi mengingat proses KBM didalamnya mengunggulkan pada program Sains dan matematik. Beberapa kemungkinan yang timbul juga sangat beragam, output SBI tidak semuanya memahami mata pelajaran yang ada. Dapat kita bayangkan gambaran kekecewaan ketika siswa SBI memiliki output sama dengan siswa regular atau normal. Proses KBM yang menggunakan bilingual konsep akan cenderung memiliki balance yang kurang jika salah satu substansi lemah, seperti siswa kurang bisa mencerna proses dalam bahasa inggris atau terbalik guru yang kurang bisa menerapkan bahasa inggris saat mengajar. Secara konsep, memang siswa SBI dirintis untuk menyamai kurikulum internasional seperti pada Cambridge atau International Baccalaureate (IB), dari sisi ini fungsional ketika siswa SBI sedikit menyamai Cambridge atau IB masih tanda tanya. Output SBI yang sudah ada akan diarahkan kemana nantinya, terutama ketika mereka akan menginjakkan pendidikan di Universitas. Konsep SBI secara tujuan dan visi memang sangat bagus, dimana siswa sudah terlatih untuk berkomunikasi secara global dengan bahasa Inggris. Siswa SBI juga memiliki pengalaman belajar yang sama dengan IB atau Cambridge. Menjamurnya SBI di Indonesia dapat ditakutkan akan menjadi lahan bisnis dalam dunia pendidikan dan kembali lagi masyarakat akan jadi korban. Ada beberapa hal sebenarnya untuk menjadikan pendidikan di Indonesia maju tetapi secara sistematis dan konseptual. Sedikit ilustrasi, nama SBI yang sudah tercanangkan ini dapat diganti dengan program sekolah yang berbasis bilingual. Adanya English club atau pemusatan sekolah dengan melibatkan bahasa inggris akan lebih baik dari SBI. Ini dilihat dari proses SBI yang menekankan pada bahasa Inggris, tapi apakah pemahaman akan mata pelajaran juga meningkat. Hal lain adalah, nama SBI itu sedikit ”menyeramkan” karena masyarakat akan menilai SBI benar-benar seperti sekolah luar negeri, tapi ketika siswa luar negeri dihadapkan pada siswa SBI secara nyata akan terlihat perbedaan yang jauh. Dari sisi itu seharusnya siswa SBI memiliki kemampuan sama dengan siswa luar negeri, karena pemerintah juga berani menggunakan titel bertaraf internasional. Pemunculan SBI mengundang sedikit kontroversi terutama ketika dihadapkan pada multikultural di Indonesia.Titel taraf Internasional memberikan image tersendiri bagi masyarakat. Untuk apa dan siapa SBI ini juga masih menjadi polemik, karena siswa SBI didominasi oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, selain itu siswa SBI hanya untuk siswa diatas rata-rata SNP. Output SBI juga masih samar terutama ketika siswa ingin melangkahkan pendidikan lanjutan. Pemerintah memang harus jeli dalam membuat kebijakan pendidikan agar peningkatan pendidikan di Indonesia melonjak, bukan berarti melonjak adalah mengikuti/menyamai luar negeri tapi mendongkrak masyarakat bawah yang sebelumnya awam pendidikan menjadi paham pendidikan. Program SBI sendiri perlu mendapat evaluasi agar fungsional dan untuk siapa SBI dicanangkan menjadi jelas.Blog: <a href="http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/">http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/</a></div>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-10884584124126962872009-08-04T01:30:00.000-07:002009-08-04T01:31:49.725-07:00RSBIB. PENGERTIAN<br />SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Rumusnya adalah :<br />SBI = SNP + X<br />SNP meliputi kompetensi,<br />1. lulusan<br />2. isi<br />3. proses<br />4. pendidik dan tenaga kependidikan<br />5. sarana dan prasarana<br />6. dana<br />7. pengelolaan<br />8. penilaian<br />X adalah penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman, melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional umpamanya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO.<br />Komentar saya:<br />Satu<br />“Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, UNESCO.”<br />Cambridge: saya kurang tahu karena belum pernah ada pengalaman. Teman mengatakan baik, tetapi saya belum memeriksa.<br />Toefl: Toefl yang mana yang dimaksudkan dan kenapa memilih Toefl? Kalau Toefl yang lama (Paper-Based) lebih baik pilih IELTS. (Dijelaskan lebih lengkap di bawah).<br />ISO: oke, standar international. Saya baru tahu ada ISO untuk sekolah.<br />UNESCO: Hmm. Unesco punya tujuan apa di dunia ini? Apa sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa ini? Apa sesuai dengan agama Islam (mayoritas dari penduduk)?<br />Dua<br />“Visi: Terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional”<br />Bagi murid tertentu. Hanya buat anak yang lulus proses seleksi. Sisa dari murid (mayoritas) diabaikan.<br />Tiga<br />“MISI = Mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global.”<br />Buat anak tertentu, bukan semua. Bukannya anak ini bersaing secara national juga? Mereka akan menjadi lebih pintar dari tetangga (dengan bantuan dari pemerintah) dan akan mengalakan orang lain pada saat berjuang untuk pekerjaan yang sama di dalam negeri. Berarti Pemerintah akan menentukan “siapa” yang bakalan menjadi sukses (karena anak pilihan diberikan bantuan sebanyak mungkin, dengan uang pajak anda, untuk menjadi lebih pintar dari anak tetangganya, yang juga bayar pajak).<br />Empat<br />“SBI menggunakan bahasa Inggris dan menggunakan teknologi komunikasi informasi (ICT) (p.6)”<br />Kualitas bahasa Inggris sebelum masuk atau ditentukan? Lewat Toefl? Toefl yang lama (Paper-Based) atau yang baru?<br />Jadi harus pintar bahasa sebelum masuk. Siapa bilang lulusan Toefl itu pintar menggunakan bahasa Inggris? Mayoritas dari murid Toefl saya (saat mengajar di kursus bahasa Inggris) hanya mampu masuk kelas Basic atau Intermediate kalau masuk kelas regular. Mereka hanya mengikuti Toefl untuk dapat nilai Toefl setinggi mungkin biar bisa daftar kuliah. Kemampuan menggunakan bahasa tidak bisa ditentukan lewat Paper-Based Toefl<br />Tujuan sekolah ini berubah dari “membuat anak pintar” menjadi “hanya menerima anak pintar yang akan menjadi lebih pintar dengan mudah setelah diajar”.<br />Mungkin ada anak yang akan menjadi pintar sekali dalam bahasa Inggris kalau ada kesempatan untuk belajar. Tetapi karena tidak sanggup bayar kursus di EF atau ILP, dia tidak bisa berbahasa Inggris saat ini, dan karena itu akan ditolak masuk program SBI ini.<br />Lima<br />“STANDAR OUTPUT = Lulusan SBI memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang canggih serta kemampuan berkomunikasi secara global. Mampu menerapkan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan canggih), norma-norma dan etika global untuk bekerja sama lintas budaya dan bangsa.”<br />Nilai2 global = nilai religi global, nilai ekonomi global, nilai seni global, norma2 global, etika global untuk bekerja “lintas budaya dan bangsa”<br />Contoh:<br />Nilai religi global: semua agama sama. Kalau anak mau pindah agama dari Islam menjad Kristen, tidak boleh dikritik atau dicegah. Hak dia. Orang tua harus terima! Kalau tidak, melanggar HAM anak.<br />Nilai ekonomi global: kapitalisme di atas segala2nya. Kalau pabrik rugi sedikit, dan harus mem-PHK ribuan orang untuk menjaga profit share bagi investor, lakukan saja. Tidak usah memikirkan dampak sosial. Itu urusan orang lain.<br />Globalization adalah benar, dan semua pasar harus terbuka. (Tetapi jangan coba menjual ke Amerika Serikat. Hanya sebagian dari pasarnya terbuka, sisanya masih dilindungi dari persaingan international (misalnya, agriculture, steel, textile, pharmaceuticals, car manufacturing, dll.). Intinya, semua negara, selain dari yang berkuasa, harus membuka pasarnya untuk perdagangan bebas. Sosialisme atau kepedulian sosial bukan bagian dari ekonomi.<br />Nilai seni global: telanjang bulat (kaya Anjasmara menjadi Nabi Adam AS.) adalah seni. Tidak boleh dikritik. Fotografer Spencer Tunik membuat foto dengan ratusan sampai ribuan orang telanjang bulat di tempat umum (seperti taman kota) di berbagai negara. (Gallery: <a href="http://www.i-20.com/artist.php?artist_id=19">http://www.i-20.com/artist.php?artist_id=19</a> ). Ini adalah seni. Jangan mengritik! Anak anda akan belajar tentang nilai seni global ini dan barangkali akan mengundang Spencer ke Jakarta.<br />Norma2 global: Bercerai, normal. Hidup dengan “pasangan” dan membesarkan anak tanpa harus menikah, normal. Mencoba sedikit narcoba, normal. Minum alcohol (tidak sampai mabuk), normal. Punya banyak teman yang homo, normal. Menjadi Pekerja Seks Komersial, normal (bahkan di Australia membayar pajak!). Menjadi donor sperma, normal. Aborsi, normal. (Di beberapa negara, bila anak remaja ingin lakukan aborsi, dokter wajib layani dan dilarang memberitahu orang tua dari anak itu). Tidak peduli pada orang tua, normal.<br />Etika global: Ketika anda memimpin delegasi AS ke Cina untuk membuat Perjanjian Perdanganan, jangan membahas Pelanggaran HAM. Ketika ada keributan di Papua, menegor Indonesia tentang HAM (karena perdagangan Indonesia dengan AS tidak begitu penting). Membunuh satu orang Amerika merupakan tindakan kriminal terbesar di dunia. Menjatuhkan bom di atas sebuah kota dan membunuh 600.000 orang yang tidak berdosa, tidak menjadi soal. Dan jumlah orang yang dibunuh AS tidak perlu dihitung secara terinci (perkiraan saja juga tidak perlu diterima). Yang penting, jangan sampai manusia terbaik di dunia ini (warga AS) diancam, diculik, disiksa, atau dibunuh. Kalau warga negara lain, no problem. Kalau AS menyiksa tahanan, disebut “interogasi”. Bila negara lain melakukannya, disebut “penyiksaan”. Bila AS menahan orang tanpa disidang untuk bertahun-tahun, mereka adalah “enemy combatant”. Bila negara lain melakukannya, mereka adalah “tahanan politik” yang harus segera dibebaskan.<br />Tujuan? Apa tujuannya kerukunan, kesamaan, dan sikap pluralisme dan liberalisme di seluruh dunia? Negara anda dan nilai-nilai budaya anda tidak lebih benar dari yang lain. Semuanya sama-sama benar. Tetapi yang sesungguhnya “benar” adalah apa yang sudah ditentukan dan menjadi biasa di bangsa2 barat (mantan penjajah dan pengusasa dunia) dan anda harus ikut mendukung apa saja yang sudah ditentukan sebagai “kebenaran”. Kalau anda berbeda pendapat, maka anda harus belajar lebih banyak supaya bisa rukun (baca: nurut).<br />Apakah semua ini termasuk yang diinginkan buat anak Indonesia? Setelah diajarkan “norma-norma global” ini, bukannya mereka akan mulai bersikap seperti orang barat yang sekuler dan kafir?<br />Enam<br />“STANDAR PROSES = A) Pro-perubahan, B) Menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi”<br />Dalam semua bidang? Temasuk agama? Bahasa?<br />Tujuh<br />“STANDAR INPUT: A) INTAKE = diseleksi ketat, memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dan berbakat luar biasa”<br />Deseleksi ketat? Apakah ini supaya mudah berhasil? Kalau dimulai dengan anak yang paling pintar di seluruh nusantara, lalu anak itu berhasil, apakah karena program SBI atau apakah karena mereka akan berhasil dengan sekolah apapun?<br />Siapa yang bisa menentukan anak yang “memiliki potensi kecerdasan unggul” secara massal dan cepat? Dari mana ketahuan memilki potensi ini? Ditentukan dengan tes apa? Kalau ada anak yang agak bego saat dites, tapi setelah dididik menjadi pintar sekali, bagaimana? Kenapa dia tidak berhak dididik dengan sebaik mungkin juga?<br />Pengalaman Pribadi Teman Saya: Ada seorang teman yang kumpulkan teman2nya untuk santuni beberapa anak. Ibu2 itu dengan sengaja mengambil anak yang nilainya kurang bagus (karena biasannya orang memilih anak yang nilainya tinggi, sehingga yang lain tidak mendapat kesempatan). Setelah disantuni beberapa bulan, nilai semua anak itu meningkat. Ternyata, nilai tes mereka selalu rendah karena mereka jualan setelah sekolah, tidak punya buku atau pensil di rumah dsb. Setelah mendapat bantuan nyata, mereka bisa belajar dengan benar di rumah juga dan nilai mereka meningkat.<br />SBI hanya memilih anak yang “memiliki potensi kecerdasan unggul”!!! Yang lain, biarkan saja!<br />Delapan<br />INSTRUMENTAL INPUT: A) Kurikulum Plus X, B) Guru memiliki kompetensi professional (penguasaan mata pelajaran), pedagogic, kepribadian dan social bertaraf internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan bahasa Inggris. Mampu menggunakan ICT mutakhir dan canggih (laptop, LCD, dan VCD).<br />Dapat guru hebat ini dari mana? Dibutuhkan ribuan dalam waktu singkat. Profesional = menguasaikan mata pelajaran sesuai dengan standar internasional. Apa ada ribuan guru seperti itu sekarang? Atau perlu dilatih? Oleh siapa? Di mana? Untuk berapa lama? Dan apakah guru ini akan digaji selama mengikuti latihan?<br />Kepribadian dan social bertaraf internasional? Kata Jusuf Kalla, guru Indonesia tidak dapat dipercayai karena mereka akan luluskan semua anak. Berarti etika profesional mereka rusak. Siapa yang akan memperbaikinya?<br />Bahasa Inggris? Siapa yang akan melatihkan guru ini untuk 1-2 tahun sehingga sanggup mengajar dalam bahasa Inggris? Dibutuhkan ratusan trainer untuk mengajar para guru bahasa Inggris. Di mana ratusan trainer itu?<br />Sembilan<br />Catatan : Pada lampiran 2 Standar guru SBI haruslah mampu mengajar dalam bahasa Inggris secara efektif (TOEFL > 500, Kepala Sekolah TOEFL >500, Pustakawan TOEFL > 450, Laboran TOEFL > 400, Kepala TU harus S-1 dan TOEFL> 450<br />Toefl yang mana yang dimaksudkan? Yang disebut “Institutional Test” atau “Paper-Based Test” yang lama? Bentuknya, ada tiga ujian dan semuanya multiple choice. Orang yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik (tingkat Basic 2 – Basic 3) bisa mendapat 500-550 di tes ini. Sebagai mantan guru Toefl, tugas saya bukan untuk mengajarkan bahasa Inggris akademik, melainkan mengajarkan trik-triknya supaya murid yang awam bisa mendapat nilai 500 untuk daftar kuliah di UI dll.<br />Atau tes yang baru yang dimaksudkan: IBT (Internet Based Test) yang dikerjakan online? Ini jauh lebih sulit daripada yang paper based. Waktu saya mengikuti training untuk mengenal tes baru ini, kami (para guru Toefl) berdebat selama 20 minit untuk menjawab satu pertanyaan karena begitu sulit. Kalau kemampuan para guru tidak advanced (mendekati Native Speaker), akan sulit sekali untuk lulus IBT dengan nilai yang tinggi. Akan dibutuhkan waktu 1-2 tahun persiapan untuk lulus dari ujian ini.<br />Sepuluh<br />“Lab.Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, dan IPS”<br />Lab Bahasa ketinggalan zaman. Tidak ada yang gunakan di sekolah Australia dan Selandia Baru. Setahu saya, lebih banyak negara yang tidak menggunakannya lagi daripada yang menggunakannya. Lab bahasa terlalu terbatas dan bagi anak sekolah, jauh lebih bermanfaat menggunkan pelajaran bahasa yang komunikatif dengan kerja kelompok, berpasangan, diskusi, berdebat, dsb.<br />Sebelas<br />“KEBIJAKAN PENGEMBANGAN: 1. Ekualitas dan aksesibilitas : Siswa miskin tapi pandai harus diterima dengan subsidi silang”<br />Ekualitas buat yang sangat pintar saja. Yang dianggap pintar biasa saja (karena jualan koran sampai jam 10 malam biar ada uang sekolah) tidak mendapat kesempatan. Ini ekualitas apa?<br />Duabelas<br />“1) SBI meningkatkan mutu input, proses, dan outputnya, 2)Tatakelola yang baik (good governance) : partisipatif, transparan, akuntabel, professional, demokratis, tanggungjawab, layanan prima, tidak KKN, ada kepastian hukum, ada kepastian jaminan mutu”<br />Ini sebelum atau sesudah ada petugas pemerintah yang “menghilangkan” sebgaian dari dananya untuk kepentingan sendiri? Ingat yang ditulis di paling atas: SBI adalah program baru dari sebuah kaum yang “menghilangkan” (baca: MENCURI) Rp 4,6 TRILLION dari anggaran pendidikan tahun 2006!!!<br />Tetapi karena dana masuk program SBI (daripada umum), tidak akan hilang? Semua orang di Diknas dan Propinsi sudah bertaubat dan tidak akan “merampok” anak SBI demi kepentingan diri sendiri? Hanya anak di Sekolah Negeri biasa yang akan “dirampok” terus setiap tahun?<br />(Malu deh kalau uang untuk beli laptop bagi anak SBI diselewengkan. Kalau uang untuk atap kelas baru di SDN, no problem deh!)<br />Tigabelas<br />STRATEGI IMPLEMENTASI: Pelaksanaan SBI harus dimulai dari kondisi nyata di Indonesia..<br />Maksudnya? Harus dimulai dari gedung yang atapnya runtuh, lapangan rusak berat, tembok banyak retak, tidak ada perpustakaan di sekolah, guru sering bolos karena punya 2 pekerjaan lain supaya bisa mendapat nafkah hidup yang cukup, dan seterusnya. Inilah “kondisi nyata” yang dimaksudkan?<br />Berarti harus ada berbagai macam proyek untuk memperbaiki semuanya. Atau hanya sekolah yang sudah dalam kondisi bagus yang akan digunakan? Sekolah yang seperti di atas, biarkan saja dalam keadaan rusak?<br />Empatbelas<br />Perintisan SBI harus berdasarkan pada data-data actual dan factual.<br />Siapa yang akan mengumpulkan data-data ini? Orang yang sama yang menghilangkan 4,6 TRILLION dari anggaran pendidikan tahun 2006? Tetapi sekarang mereka akan mampu mengumpulkan data yang akurat? Apalagi kalau data itu menunjukkan bahwa program mereka gagal dan ada dana yang “hilang”? Tiba-tiba mereka akan menjadi orang yang bisa menghitung secara akurat dan jujur? Tetapi penggunaan dana anggaran tahun 2006 tidak bisa dihitung secara akurat?<br />Limabelas<br />STRATEGI PEMBIAYAAN<br />Pemerintah Pusat = 50 %<br />Pemerintah Propinsi = 30 %<br />Pemerintah Kota/Kab. = 20 %<br />Ini secara teoretis. Yang akhirnya masuk ke sekolah berapa persen? Tinggal sisanya setelah sebagian menjadi “hilang”.<br />Enambelas<br />Bagi SBI swasta, biaya pendidikan ditanggung oleh masyarakat dan yayasan pendiri sekolah tersebut. Subsidi pemerintah dapat diberikan atas dasar persyaratan tertentu.<br />Sekolah swasta akan menerima uang pajak kita? Jadi kalau saya seorang sopir mikrolet, termasuk kaum yang tidak mampu, uang pajak saya diambil dan diberikan pada sebuah sekolah swasta biar anak orang kaya bisa mendapatkan fasilitas yang lebih baik lagi? Dan di SDN anak saya, atap yang hampir runtuh dibiarkan saja. Hanya SBI dan SBI Swasta yang diperhatikan? Lebih baik saya tidak membayar pajak daripada uang saya diberikan ke sekolah swasta!<br />KESIMPULAN<br />Rencana Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) ini adalah sebuah rencana yang kelihatannya dibuat sepihak saja, tanpa konsultasi, tanpa berfikir terlalu dalam tentang dampaknya, sebuah rencana yang tidak relevan, tidak dibutuhkan, tidak adil, and hanya menguntungkan sebagian anak (minoritas) dan mengabaikan yang lain (mayoritas), tetapi menggunakan uang pajak kita.<br />(Saya jadi ingat Busway dari Gubunur Sutiyoso yang dibuat secara buru-buru dengan ciri-ciri perencanaan yang sama, dan sekarang terancam berhenti karena bankrut!)<br />Saya melihat ada banyak kesempatan untuk orang yang telah “menghilangkan” 4,6 TRILLION rupiah dari anggaran pendidikan tahun 2006 untuk membuat macam-macam proyek baru dengan segala bentuk “mark-up” dan komisi yang akan menguntungkan mereka. Akan ada proyek beli laptop, proyek renovasi gedung sekolah, proyek beli buku, proyek beli perlengkapan belajar (meja, kursi, dll.), proyek melatihkan guru, proyek kesejahteraan guru, proyek asuransi, dan banyak proyek baru yang lain. Apakah semuanya akan dijalankan dengan cara yang benar dan terbuka?<br />Apakah rencana SBI ini akan membuat sebuah kaum elit, yang terdiri dari anak yang mendapat kesempatan masuk SBI, menjadi sukses dan menjadi orang yang paling kaya dan berkuasa di negara ini? Dan semua itu dikerjakan dengan uang pajak kita? Anak anda belum tentu diterima. Dan setelah dia lulus dari sekolah biasa dengan nilai biasa, dia akan mencari pekerjaan dan langsung bersaing dengan anak tetangga anda yang dibuat lebih pintar oleh pemerintah karena dia diterima di SBI. Pada saat para employer melihat anak dari sekolah biasa dan anak dari SBI melamar untuk pekerjaan yang sama, kira-kira yang mana yang akan diterima?<br />Uang pajak anda menciptakan masa depan dan kemungkinan besar akan sukses bagi anak orang lain, sedangkan anak anda dibiarkan saja menderita dalam sekolah negeri biasa dengan atap kelas yang hampir ambruk.<br />Kemudian, apakah anak ini yang lulus dari SBI menjadi mirip sekali dengan orang barat? Apakah mereka akan lebih senang berbincang dalam bahasa Inggris dan meremehkan atau anggap bodoh orang yang tidak bisa berbahasa Inggris (seperti neneknya)? Apakah mereka akan sanggup kuliah dalam bahasa Indonesia?<br />Apakah anak SBI ini menjadi mirip dengan orang barat? Apakah mereka akan tinggalkan nilai-nilai agama dan budaya yang diajarkan orang tua dan menggantikannya dengan nilai-nilai “universal” yang didapatkan di sekolah (yang telah direstui Unesco dll.)? Kira-kira berapa banyak dari anak ini akan murtad atau pindah agama? Apakah tidak perlu dipikirkan? Apakah tidak perlu kuatir? Siapa yang melakukan analisa terhadap masa depan anak ini? Dan siapa yang akan melindungi mereka dari kerusakan budaya negara barat yang sekuler?<br />Singkatnya, rencana SBI ini adalah sebuah rencana yang sudah mengandung unsur-unsur yang bisa merusak agama dan budaya anak bangsa ini, dan membelah anak bangsa menjadi kaum elit dan kaum biasa.<br />Apakah ini yang dinginkan orang tua?<br />Pajak anda yang akan digunakan!<br />Semoga bermanfaat,Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-132727594512411157.post-33763746182150458702009-08-03T17:45:00.000-07:002009-08-03T18:03:45.159-07:00DUNIA PENUH BEBAN (RUMMI)<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcQugAnwLnrPGJW8MnaEYIohfxxAjbUVBUgiDFqpOEcVxfUTHy7fiQsngSm_dgk2ZfCmGDioSYQ55OwVxbct-cjCOsXMyNE4FTPoE-wRNvk4XO3fEiOxI5DAu3tpwq6uiGD5M9eKYiPFrz/s1600-h/CAD1RAC2.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5365907682795472738" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 137px; CURSOR: hand; HEIGHT: 103px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcQugAnwLnrPGJW8MnaEYIohfxxAjbUVBUgiDFqpOEcVxfUTHy7fiQsngSm_dgk2ZfCmGDioSYQ55OwVxbct-cjCOsXMyNE4FTPoE-wRNvk4XO3fEiOxI5DAu3tpwq6uiGD5M9eKYiPFrz/s320/CAD1RAC2.jpg" border="0" /></a><br /><div>Dari langit setiap saat wahyu turun ke dalam kalbumu,“Bagaikan sampah berapa lamakah usia hidupmu di atas bumi? Naiklah!”Sesiapa yang beban jiwanya berat, pada akhirnya akan menjadi sampah.<br />Apabila sampah memenuhi tong, bersihkan!Janganlah lumpur itu dibuat kewruh setiap kali,Agar air kolammu jernih dan sampah mudah dibuang dan dukamu sembuh.<br />Demikian roh, bagaikan obor, asapnya lebih tebal dibanding cahayanya.Apabila gumpalan asap lenyap, cahaya dalam rumah tak akan dipermainkan lagi.Kau sentiasa bercermin ke dalam air keruh,Kerana itu bukan bulan ataupun matahari kau lihatApabila kegelapan menutup langit, matahari dan bulan tak nampak.Angin utara bertiup, udara segar.<br />Untuk membawa udara segar angin sepoi bertiup pada waktu subuh.Angin roh bertiup membuat segar dada yang sesak disebabkan derita.Nafas ringan terhela dan jiwa rasa hampa.<br />Di bumi roh ialah pengembara asing, negeri tanpa ruang itulah yang ia rindukan,Mengapa nafsu amarah sentiasa gelisah?Roh suci, berapa lamakah kau akan mengembara di bumi?Kau elang raja, terbanglah kembali kepada siul Baginda!</div>Andi Alfianhttp://www.blogger.com/profile/00168495713248664800noreply@blogger.com1